Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (kanan) serta Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (kiri) menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pertemuan tertutup di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (16/4). (Republika/Agung Supriyanto)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Wapres Jusuf Kalla dinilai lebih cocok menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Pria berusia 70 tahun lebih ini diharapkan tetap memberikan nasihat berbangsa dan bernegara, tanpa harus terlibat langsung dalam pemerintahan.
"Beliau sangat bagus memantau jalannya pemerintahan dari jauh," jelas Dosen ilmu politik UIN, Faisal Nurdin Idris, saat dihubungi, Selasa (29/4). JK diharapkan memahami pentingnya proses kaderisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nantinya akan ada generasi baru yang masuk dalam pemerintahan.
Kordinator aksi Gerakan Mahasiswa untuk Indonesia Bangkit (GMIB), Ahmad Ghufron mengatakan, desakan tersebut memang sengaja dikondisikan oleh pihak tertentu. Pihak ini menginginkan agar JK bersedia mendampingi salah satu capres. "Itu sudah massif, terutama di twitter. Pengamat juga dikondisikan. Para cukong itu yang menggerakkan," katanya, saat menggelar aksi di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Selasa (29/4).
Padahal, lanjut Ghufron, desakan tersebut tanpa disadari telah menghina JK dalam kapasitasnya sebagai guru bangsa. Apalagi usia JK saat ini sudah di atas 70 tahun. "Kami prihatin. Pak JK bagi kami adalah mantan wakil presiden yang bersih tanpa cacat. Beliau adalah negarawan," katanya.