Home >> >>
Survei: Ryamizard Cawapres Paling Kuat Dampingi Jokowi
Rabu , 30 Apr 2014, 19:27 WIB
edwin/republika
Ryamizard Ryacudu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil jajak pendapat Indonesia Survey Center (ISC) terkait siapa Cawapres yang paling diinginkan publik untuk mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2014, menunjukkan nama Ryamizard Ryacudu adalah cawapres paling cocok.

"Ryamizard Ryacudu adalah figur dari militer yang oleh publik dinilai pas sebagai cawapres pendamping Jokowi dengan perolehan suara sebesar 21,5 persen," kata Direktur Eksekutif ISC, Andry Kurniawan, di Jakarta, Rabu.

Hasil survei ISC ini menempatkan Jusuf Kalla di urutan kedua (19,1 persen), kemudian disusul Mahfud MD (14,3 persen), Ahok (12,9 persen), Puan Maharani (10,6 persen), Agus Martowardojo (8,4 persen). "Dan yang menjawab tidak tahu sebesar 13,2 persen," ujar Andry.

Menurut Andry, publik menilai cawapres militer untuk Jokowi sesuai dengan visi misi dan tagline PDIP yakni 'Indonesia Hebat'. Karena itu menurutnya dalam hasil surveinya tersebut menempatkan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Ryamizard Ryacudu sebagai sosok yang tepat mendampingi Jokowi.

Tampilnya mantan KSAD di era pemerintahan Megawati di posisi teratas pilihan publik ini tidak terlepas dari performanya yang 'low profile', tegas, setia, berlatar belakang militer non-jawa, dan dipandang mampu mensubordinasikan diri dengan Jokowi dalam kabinet pemerintahan jika terpilih kelak.

"Dengan kata lain, stigma munculnya 'dua nahkoda dalam satu kapal' diduga kuat tidak akan terjadi nanti. Dibanding nama-nama cawapres Jokowi yang lainnya, Ryamizard Ryacudu dinilai memiliki kemampuan bekerja sama dengan Jokowi dalam menjalankan program-program pemerintahan yang disiapkan PDIP," papar Andry.

Ia menjelaskan bahwa berdasarkan hasil surveinya perpaduan kandidat presiden yang berlatarbelakang Sipil-Jawa/Militer dengan Wapres dari kalangan militer/luar Jawa, atau sebaliknya, ternyata masih menjadi primadona masyarakat untuk melihat calon pemimpin bagi bangsa Indonesia ke depan. "Ini menandakan bahwa dikotomi sipil-militer masih tertanam kuat dibenak pemilih," kata Andry.

Redaktur : Nidia Zuraya
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar