Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (tengah) didampingi jajaran petinggi DPP dan DPD memberikan keterangan pers usai pertemuan tertutup di Jakarta, Senin (28/4).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar dinilai memiliki skenario kedua untuk mengusulkan calon wakil Presiden dengan elektabilitas Ketua Umum Aburizal Bakrie yang tidak terlalu dominan. Sebab, parpol tersebut tidak akan keluar dari koridor kepemerintahan.
Direktur Polcom Institute Heri Budianto mengatakan, sekarang ini, Golkar hanya ingin menjalankan hasil rapimnas yakni memajukan ARB sebagai capres. Pihaknya yakin, kalau figur tersebut tidak mampu menang, partai itu akan bermanuver dengan skenario lain.
"Elektabilitas Ical itu rendah. Berbeda dengan kader lain yang diusung sebagai cawapres, justru paling tinggi," kata Heri usai diskusi 'Baca Peluang Poros Keempat' di Hotel Alia, Cikini, Jakarta, Kamis (1/5).
Dia menambahkan, berdasarkan survey Polcom, elektabilitas ARB tertinggal jauh dengan Jokowi dan Prabowo. Sedangkan dalam mengusung cawapres, justru kader Golkar menempati posisi paling tinggi seperti Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Priyo Budi Santoso dan Luhut Panjaitan.
Ia meyakini, Golkar akan memainkan peran dalam skenario berbeda saat potensi ARB tidak mumpuni. Masih banyak stok dalam partai tersebut yang dinilai punya kapasitas dan elektabilitas, apalagi Golkar tidak pernah bermain sebagai oposisi.
Meski demikian, Wasekjen Partai Golkar Nurul Arifin menyatakan, semua kader Golkar sepakat mengusung ARB menjadi Capres. Kalau memang ada rencana pergantian, seharusnya pascapileg, Golkar langsung menyelenggarakan evaluasi. Namun sampai sekarang belum juga terlaksana.
"Kalau ada kader Golkar yang mencalonkan diri di partai lain, tidak masalah," ujar dia.