Pendukung Joko Widodo (Jokowi) melakukan aksi spontan mendukung pencalonan Gubernur Jakarta itu sebagai presiden.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres PDI Perjuangan (PDIP) Joko Widodo (Jokowi) masih belum mengumumkan secara resmi siapa figur yang akan menjadi pendampingnya pada pilpres Juli mendatang. Direktur EmrusCorner Emrus Sihombing menilai figur yang berpeluang besar untuk menjadi cawapres Jokowi adalah Jusuf Kalla (JK).
Dari wacana yang berkembang, Emrus mengatakan, ada tiga nama yang muncul sebagai cawapres Jokowi. Selain JK, ada juga mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dan purnawirawan TNI Ryamizard Ryacudu.
"Bila memperhatikan wacana ini, maka Jusuf Kalla adalah kandidat yang memiliki kans tertinggi untuk diusung sebagai cawapres," kata Emrus di Cikini, Jakarta, Ahad (4/5).
Emrus mengatakan, Jokowi-JK merupakan pasangan beda generasi yang bisa saling melengkapi. Karena JK mempunyai sisi pengalaman dan visi ekonomi untuk melengkapi Jokowi.
Ia juga melihat pasangan itu mempunyai gaya kepemimpinan yang sama untuk mempercepat proses pembenahan reformasi birokrasi. "Komposisi keduanya menjanjikan sebuah pemerintahan yang kuat, cepat, tegas, responsif, terhadap permasalahan bangsa," ujar dia.
Menurut Emrus, Jokowi-JK juga mempunyai gaya untuk melakukan pendekatan persuasif untuk meredam konflik. Bahkan, dapat meredam munculnya ancaman disintegrasi bangsa.
Ia juga melihat JK mempunyai pengalaman dalam politik luar negeri. Kemampuan dan pengakuan internasional JK akan bermanfaat untuk mendukung pemerintahan di bawah Jokowi.
Jokowi, menurut Emrus, merupakan pemimpin muda yang masih belum memiliki banyak pengalaman. Karenanya, Gubernur DKI Jakarta itu membutuhkan figur pendamping yang kayak pengalaman.
Emrus melihat sisi itu ada pada sosok JK. Karenanya, tak perlu adanya kekhawatiran munculnya matahari kembar jika Jokowi-JK memimpin pemerintahan.
"Justru keberadaan Jusuf Kalla mampu memberi jaminan keyakinan kepada massa, pengalaman Jusuf Kalla sangat diperlukan pada saat Jokowi membutuhkan support (dukungan)," kata dia.
Emrus menilai, dukungan JK untuk menjadi pendamping Jokowi menguat. Partai Nasdem yang sudah sepakat untuk bermitra dengan PDIP juga memberikan dukungan untuk JK.
Menurut dia, potensi JK untuk menjadi cawapres Jokowi akan semakin meningkat jika Partai Kesatuan Bangsa (PKB) bergabung dalam kemitraan. "Dengan bergabungnya PKB akan memberikan sinyal yang kuat akan mendukung JK sebagai cawapres," ujar dosen di Universitas Pelita Harapan itu.
Sosok JK sebagai politisi senior Partai Golkar juga akan memberikan pengaruh. Menurut dia, jika Jokowi-JK jadi berpasangan, ada kemungkinan pemerintahan akan diperkuat oleh Golkar.
Bukan hanya itu, dukungan di parlemen pun bisa bertambah. "Sehingga pemerintahan yang berjalan akan kuat, maupun dukungan di parlemen," ujar Emrus.