Home >> >>
Tidak Menjual, Pencapresan Ical Dievaluasi
Senin , 12 May 2014, 13:49 WIB
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menggunakan hak pilih di TPS 32, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/4). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar akan mengevaluasi status pencapresan Aburizal Bakrie. Itu lantaran hingga kini, Aburizal terkesan tidak menjual hingga parpol lain tidak mau mendekat ke partai berlambang beringin itu.

Sekjen MKGR Bejo Rusdiantoro mengatakan, status Aburizal hingga kini masih sebagai capres Golkar. Hanya saja, dinamika yang terjadi seolah kandidat Golkar tidak laku dijual akan dibawa ke forum rapimnas. "Saya pribadi, sebelum ketinggalan nanti dievaluasi di rapimnas," katanya dalam diskusi di sela diskusi 'Strategi Politik Penentuan Cawapres bagi Capres' di Jakarta, Senin (12/5).

Menurut dia, Golkar sebagai partai yang menempati urutan kedua di pemilihan legislatif, tidak boleh ketinggalan langkah. Pasalnya, sangat disayangkan kalau Golkar tidak berperan signifikan di pemilihan presiden mendatang.

Dia menyadari, Golkar seolah terkunci oleh dua poros antara Jokowi dan Prabowo Subianto. Meski begitu, ia melihat peluang untuk mengusung capres sendiri masih terbuka lebar. Tentu saja sosok itu bukan Aburizal, melainkan kader partai yang memiliki ciri seorang progesif, bisa diterima semua kalangan, dan masih muda. 

Bejo secara berani mendorong Priyo Budi Santoso sebagai figur yang layak diusung menjadi capres Golkar menggantikan Aburizal. Selain Priyo, sambung dia, Luhut Panjaitan, Akbar Tanjung, dan Agung Laksono layak juga diusung.

Yang pasti, menurut dia, harga diri Golkar sedang dipertaruhkan agar capres yang diusung bisa membuat kejutan. "Kita mungkin ketinggalan, tapi seru juga nanti bisa bikin poros baru bersama Partai Demokrat. Tokohnya nanti dicari," kata Bejo. 

Redaktur : Muhammad Hafil
Reporter : erik purnama putra
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar