REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan bahwa seseorang dibenarkan meminta jabatan meski yang bersangkutan tidak memiliki kekayaan asalkan memenuhi persyaratan seperti amanah, kemampuan kepemimpinan dan kemampuan dalam politik pemerintahan.
Pernyataan tersebut disampaikan Suryadharma Ali ketika memberi sambutan pada pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia tahun 2014 di Balai Kartini Jakarta, Selasa (13/5).
Rapimnas LDII yang didahului dengan laporan Ketua Umum DPP LDII KH Abdullah Syam tersebut dihadiri sekitar 1.200 peserta dari seluruh Indonesia. Di antara mereka ada yang menjabat sebagai dewan pengawas. Rapimnas itu sendiri mengusung tema "Melalui Kepemimpinan Profesional Relegius Mewujudkan Indonesia yang Bermartabat".
Pada momentum rapimnas itu, kata Abdullah, akan dimanfaatkan untuk memberi masukan kepada calon presiden terkait kondisi bangsa dan masyarakat berdasarkan kajian LDII. Kini, lanjut dia, pembangunan karakter bangsa tidak boleh sekedar retorika atau wacana, tapi harus dipraktikkan. Elit politik dalam legislatif harus dekat dengan rakyat.
Karena itu, pada rapimnas tersebut, LDII berharap pada presiden dan legislator yang terpilih nanti dapat memperjuangkan: terwujudnya kedaulatan pangan dan energi, terwujudnya kedaulatan finansial, terwujudnya kedaulatan teritorial, terwujudnya kedaulatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Terkait dengan kepemimpinan, Suryadharma Ali menuturkan bahwa pemilu adalah sebuah proses untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Untuk itu, semua pihak harus menyukseskannya. Indonesia telah menyepakati memilih demokrasi sebagai jalan musyawarah untuk memilih wakil rakyat, presiden dan wakil presiden secara langsung.
Itu berarti, suka atau tidak suka, yang mendapat suara terbanyak itulah menjadi wakil pemimpin. Pemilu lalu untuk memilih anggota legislatif dan dalam waktu dekat memilih presiden dan wakil presiden. Banyak nama bermunculan dan menawarkan diri untuk dipilih sebagai presiden dan wakil presiden.
Sebagai muslim, lanjut Suryadharma Ali yang juga ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu, bisa disimak dalam Al Quran melalui kisah Thalut dan Nabi Yusuf As.
Thalut bukanlah seorang kaya raya dan bukan dari keluarga terpandang. Para pemuka saat itu menolak pilihan Allah dengan alasan tak kaya dan terpandang. Harta menjadi ukuran untuk menjadi pemimpin. Tapi Allah menjadikan Thalut sebagai pemimpin karena memiliki kriteria punya kepemimpinan, pengalaman luas dalam soal perang, kemampuan politik pemerintah dan fisik kuat. Juga piawai dalam menunggang kuda saat itu.
Al Quran juga memberi inspirasi bagi seseorang untuk mengajukan diri sebagai pemimpin. Ini terlihat ketika Nabi Yusuf mengajukan dirinya untuk mengelola perbendaharaan dan logistik negara di saat krisis. Alasannya, karena dia memiliki pengetahuan yang cukup tentang itu, kata Suryadharma Ali.
Kisah ini, lanjut dia, memberi inspirasi kepada umat bahwa memilih pemimpin jangan seperti membeli kucing dalam karung. Publik harus tahu integritas dan pengetahuan bakal calon presiden ke depan. Persoalan bangsa belumlah selesai dengan hanya memilih pemimpin, tapi tidak kalah penting adalah bagaimana mempersiapkan generasi muda menjadi pemimpin di masa datang dengan didukung karakter dan berakhlak mulia.