REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Golkar berpotensi tidak konsisten dalam koalisi. Partai berlambang beringin ini bisa mengeluarkan sikap politik yang berseberangan dengan koalisi, seperti yang pernah dilakukannya dalam kasus century dan kebijakan kenaikan BBM.
Pakar politik Univ Padjajaran, Muradi, Ph.D, menyatakan PDIP diimbau mempertimbangkan rencana berkoalisi dengan Golkar. Partai berlambang beringin itu berpotensi mengacak - acak koalisi, seperti yang pernah dilakukannya dalam 10 tahun berkoalisi dengan Demokrat.
Di saat pemerintah ingin menaikkan harga BBM, Golkar justru memandang belum perlu menaikkannya. "Ini menjadi pertanda Golkar mengacak - acak koalisi," jelas Muradi, saat dihubungi, Selasa (13/5).
Rencana berkoalisi dengan PDIP menurut Muradi perlu dipertimbangkan kembali. Golkar menurutnya memiliki potensi membuat gebrakan politik untuk memunculkan calon presiden alternatif yang ditunggu - tunggu masyarakat.
Bergabungnya Golkar dengan PDIP akan menghilangkan kesempatan munculnya poros ketiga. Rencana ARB menjadi capres akan gagal. "Pilpres nantinya akan kurang ramai, karena hanya Poros PDIP dan Gerindra yang bertarung," imbuhnya. Erdy Nasrul Powered by Telkomsel BlackBerry®