REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres dari poros ketiga yang bakal dimunculkan Golkar dan Demokrat, diyakini bakal kalah. Masyarakat akan tetap memfokuskan dukungannya kepada capres PDIP, Joko Widodo, dan capres Gerindra, Prabowo Subianto.
Direktur Eksekutif Pol Tracking Institute, Hanta Yudha, menyatakan sejumlah figur yang dimunculkan sebagai capres tidak sekuat figur yang sudah ada yaitu Jokowi dan Prabowo. Sosok yang diusung Partai Golkar yaitu Ketua Umum Aburizal Bakrie dan pemenang konvensi Demokrat Dahlan Iskan, tidak sebanding dengan bakal Capres yang sudah ada. "Partai lain terkendala, figurnya tidak sekuat Prabowo dan Jokowi," ujar Hanta Yudha, saat dihubungi, Ahad (18/5).
Jika Demokrat dan Golkar mengusung capres alternatif, maka dinilainya tidak terlalu mempengaruhi kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) mendatang. Hanta menjelaskan survei elektabilitas dari sejumlah lembaga menempatkan figur baik yang berasal dari Demokrat maupun Golkar berada di bawah Jokowi dan Prabowo. Hasil survei menunjukkan belum siapnya capres alternatif untuk tampil dalam pilpres.
Komunikasi politik antar kedua partai tersebut sudah terjadi. Masing - masing partai mendelegasikan tiga orang untuk membahas kemungkinan adanya poros baru yang nantinya akan mengusung capres alternatif.
Mereka adalah MS Hidayat, Agung Laksono, Idrus Marham dari Golkar. Sementara dari Demokrat diwakili Syarief Hasan, Jero Wacik, dan Edhie Baskoro Yudhoyono. Hasil pembicaraan antar kedua partai tersebut sangat dinantikan, karena akan menentukan apakah Pilpres mendatang hanya mempertemukan dua kubu saja atau lebih.
MS Hidayat sempat digadang - gadang menjadi capres, namun menolak. Sultan Hamengkubuwono X juga sempat diwacanakan menjadi capres Demokrat. Pihak Golkar melalui wasekjennya, Tantowi Yahya, menyatakan hal itu tidak menjadi masalah. Sultan sendiri yang tidak menyetujui hal itu.
Kini kedua pihak, baik Golkar maupun Demokrat, sama - sama mengadakan rapimnas untuk menentukan arah politik kedepan.