REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) meminta Ketua Umum Penngurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menjelaskan pilihan politiknya kepada umat dan warga Nahdliyin. Hal tersebut agar tidak timbul salah tafsir atas sikapnya.
Ketua Umum PB PMII, Addin Jauharuddin, menyatakan sah-sah saja Kiai Said mengungkapkan pilihan politik pribadinya kepada publik untuk mendukung salah satu kandidat calon presiden, yakni Prabowo Subianto.
"Namun, dalam diri beliau melekat jabatan sebagai Ketum PBNU. Jadi, institusi PBNU tentu tidak dapat dipisahkan dari setiap sikap dan perilaku Kiai Said," tutur Addin saat dihubungi Republika, Selasa (20/5).
Saat ini, papar Addin, yang paling penting ialah Kiai Said perlu menjernihkan persoalan dan menjelaskan kepada ummt, khususnya warga Nahdliyin, agar tidak terjadi salah paham dan salah tafsir atas sikap politik pribadi beliau.
"Penjelasan sikap pribadi Kiai Said yang sudah terungkap ke publik itu penting, agar tidak terjadi salah tafsir dan salah paham di kalangan warga Nahdliyin, termasuk yang berbeda pilihan politik," kata Addin.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj membantah bahwa PBNU mendukung calon presiden dari partai Gerindra, Prabowo Subianto. Isu tersebut beredar atas dukungan pribadinya kepada Prabowo.
“Bukan mendukung, saya pribadi, pribadi lho bukan NU,” ujar Said, Jumat (16/5) usai tasyakuran harlah NU ke-91 di kantor PBNU.
Said mengatakan, menjatuhkan pilihannya kepada Prabowo merupakan hak politik secara pribadi. Ia menilai, Prabowo memiliki ketegasan, keberanian, dan berharkat besar, dan memperkuat Indonesia berdaulat.
Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika dirinya menginstruksikan kepada warga NU untuk memilih Prabowo. Warga NU, kata Said diberi kebebasan untuk memilih calon presiden mendatang.