REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Mahmud Hasan mengatakan dukungan kader dan simpatisan Partai Golkar pada pemilu presiden dipastikan akan terpecah.
"Ada beberapa faktor yang menyebabkan dukungan kader dan simpatisan Partai Golkar pada pemilu presiden akan terpecah, di antaranya tidak adanya calon presiden atau wakil presiden yang secara resmi diusung partai itu," katanya di Ternate, Rabu (22/5).
Menurut dia, tidak adanya calon presiden dan calon wakil presiden yang diusung Partai Golkar pada pemilu presiden tersebut akan membuat kader dan simpatisan Partai Golkar untuk memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang sesuai dengan keinginan masing-masing tanpa memikirkan Partai Golkar.
DPP Partai Golkar, Mahmud Hasan, memang telah memutuskan bergabung dengan koalisi parpol yang mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan telah pula menginstruksikan kepada seluruh pengurus, kader dan simpatisan untuk mendukung pasangan itu, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk dipatuhi.
Ia mengatakan, keberadaan Jusup Kalla sebagai calon wakil presiden Joko Widodo yang diusung PDIP, Nasdem, PKB dan Hanura, juga dipastikan akan menjadi pertimbangan bagi kader dan simpatisan Partai Golkar untuk memilih pasangan ini, karena Jusuf Kalla merupakan tokoh partai ini.
"Itu terbukti pada pemilu presiden 2004 ketika Jusuf Kalla menjadi calon wakil presiden dari Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu banyak kader dan simpatisan Partai Golkar mendukung pasangan ini walaupun saat itu Partai Golkar juga mengusung calon sendiri," katanya.
Ditanya pasangan mana yang paling berpeluang memenangi pemilu presiden 2014 ini, ia mengatakan, kedua pasangan tersebut sama-sama memiliki peluang namun yang menentukan adalah bagaimana mereka termasuk parpol pengusungnya mampu meyakinkan masyarakat Indonesia.
Banyak atau sedikit parpol yang mendukung setiap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tersebut bukan menjadi jaminan untuk meraih kemenangan, karena yang menjadi penentu utama adalah figur dan penilaian masyarakat terhadap figur bersangkutan, ujarnya menambahkan.