Home >> >>
Sebut Ekonomi Indonesia Bermasalah, Prabowo Enggan Salahkan SBY
Sabtu , 24 May 2014, 18:36 WIB
Tahta Aidilla/Republika
Prabowo Subianto disambut saat menghadiri Tanwir Muhammadiyah di Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (24/5). Muhammadiyah menghadiri dua capres untuk menyampaikan visi misi didepan peserta Tanwir.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Prabowo Subianto enggan menyalahkan kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait kondisi masyarakat saat ini. Ia malah menyebut kebijakan SBY, seperti MP3EI, akan menjadi pondasi program kerja berikutnya jika terpilih sebagai presiden. 

Menurutnya, pemerintah selanjutnya juga harus melanjutkan program yang baik dari rezim terdahulu agar kemajuan tidak terputus. "Dulu Krakatau Steel dan Jatilhur yang bangun Pak Karno, yang menyelesaikan Pak Harto," saat pidato di depan Tanwir Muhammadiyah, Samarinda, Sabtu (24/5).

Prabowo pun berjanji tidak akan memakai sistem neoliberal atau menyontek bangsa lain. "Kita mau jalan pintas, tapi gak berhasil. Kita kembali ke founding father," paparnya.

Prabowo menilai, Indonesia memiliki potensi kekayaan yang luar biasa. Namun, masalah yang terjadi di Indonesia masih sama dan sudah dirasakan sejak puluhan tahun silam.  

Menurutnya, yang menjadi masalah terbesar adalah bangsa Indonesia tidak produktif. Ia menyebut, setiap tahun satu juta mobil dan 10 juta motor dibeli oleh orang Indonesia. Namun tak satu pun yang produksi dalam negeri. 

Prabowo menunjukkan, data ekspor selama 15 tahun terakhir yang terus untung hampir 20 miliar dolar AS per tahun. Seharusnya, ada 375 miliar dolar AS sebagai cadangan nasional selama 15 tahun terakhir. "Namun cadangan di BI cuma 100 miliar dolar AS," terangnya.

Ketua PP Muhammadiyah Malik Fajar menilai apa yang disampaikan Prabowo mengingatkan pada pesan HOS Cokroaminoto. Yaitu, saat ia berpesan untuk berpikir dan berpikir kembali serta berbuat dan berbuat kembali. 

"Prabowo mengajak kita berpikir ulang dan menyampaikan gagasannya dengan baik secara kualitatif dan kuantitatif," ungkap mantan menteri pendidikan itu.

Redaktur : Mansyur Faqih
Reporter : Hafidz Muftisany
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar