Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Dodi Ambardi (kiri) bersama Direktur Komunikasi LSI Burhanudin Muhtadi (kanan) memberi rilis survei awal Maret 2012 tentang Media Massa dan Sentimen terhadap partai politik menjelang pemilu 2014 di kantor
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lembaga Survei Indonesia (LSI) menilai dua pasangan calon presiden dan wakil presiden saat ini harus bersaing ketat untuk merebut suara dari kalangan kelas menengah guna memenangkan Pilpres 2014.
"Yang menjadi rebutan mereka saat ini adalah kelas menengah kota dan muda, sebab kalangan itulah yang banyak sekali mengkonsumsi informasi di media sosial sebagai sarana kampanye efektif saat ini," kata Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI), Kuskrido Ambardi di Yogyakarta, Senin (26/5).
Menurut dia, strategi itu harus dilakukan dua pasangan capres-cawapres. Lebih-lebih saat ini menunjukkan keduanya memiliki jarak elektabilitas yang tipis.
"Kalau selisih Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK di bawah 10 persen maka mereka harus mengelola perang di media sosial dengan baik, baik menghadapi kampanye yang jujur maupun kampanye yang hitam," kata dia.
Meski demikian, kampanye hitam, kata dia, tidak akan memiliki pengaruh besar apabila publik telah memiliki kesadaran yang baik dalam menggunakan hak pilihnya. Kampanye hitam, menurut dia, juga akan memiliki dampak kepada kalangan menengah.
"Rata-rata kampanye hitam kan dilakukan di media sosial, sehingga juga memiliki efek untuk kalangan menengah," kata dia.
Sementara itu, untuk money politics, ia meyakini, tidak akan banyak berpengaruh pada Pilpres mendatang. Sebab, untuk menjangkau seluruh pemilih di Indonesia membutuhkan dana yang tidak dimiliki seluruh capres.
"Untuk Pilpres, daerah pemilihan (dapil)-nya kan cuma satu, sehingga untuk menjangkau seluruh desa saja paling tidak membutuhkan dana hingga Rp36 triliun. Dua pasangan capres-cawapres tidak ada yang punya dana sebesar itu, pengusaha pun tidak punya," kata dia.