REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Media televisi nasional diminta untuk menahan diri dalam 'menyerang' salah satu kandidat pasangan capres-cawapres. Mereka diharap untuk memberikan informasi yang berimbang dan mampu memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat.
"Kita tahu TV One dan Metro TV itu punya keberpihakan. Tapi mereka hendaknya saling menghargai dan tidak terus-terusan 'menyerang' salah satu kubu," kata pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago, Selasa (27/5).
Dia mengingatkan, mayoritas masyarakat di Indonesia menerima informasi dari media televisi. Sehingga, apapun yang ditampilkan akan menjadi opini publik dan membentuk persepsi masyarakat meskipun itu kampanye hitam.
Apalagi, lanjut Pangli, masyarakat di akar rumput sangat mudah sekali untuk percaya terhadap informasi yang diterimanya dari media. Untuk itu, dia menyarankan tim sukses masing-masing pasangan calon untuk mengklarifikasi secepatnya terhadap segala macam bentuk kampanye hitam yang menyerang kubunya.
"Kalau tidak segera, lama-kelamaan akan dianggap sebagai sebuah kebenaran. Dan, itu sangat mempengaruhi pemilih nanti 9 Juli," ujar Pangli.
Seperti diketahui, pemilik Metro TV Surya Paloh adalah Ketua Umum Partai Nasdem yang mendukung pasangan Jokowi-JK. Sedangkan pemilik TV One adalah Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yang berkoalisi dengan pasangan Prabowo-Hatta.
Selain itu, CEO MNC Group Hari Tanoesudibyo juga mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Tiga stasiun televisi milik HT yakni RCTI, Global TV, dan MNC TV.