Simpatisan Capres-Cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla meneriakan 'yel-yel' saat melakukan deklarasi Gerakan Indonesia Hebat di Gedung Universitas 45 Makassar, Sulsel, Kamis (22/5).
REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Akademisi Universitas Tadulako Palu Irwan Waris mengajak masyarakat untuk mencermati visi dan misi calon presiden dan wakil presiden sebagai bahan untuk menentukan pilihan.
"Sejauh mana visi dan misi itu yang melibatkan rakyat," kata Irwan Waris di Palu, Rabu (28/5).
Dia mengatakan visi dan misi para kandidat itu harus dicermati, apakah bisa memajukan Indonesia beberapa tahun ke depan.
Menurutnya, penajaman visi dan misi para kandidat bisa menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia mulai berkualitas.
Dia juga meminta masyarakat mengingat janji-janji para calon presiden dan wakil presiden itu semasa kampanye.
"Apakah yang diomongkan akan sesuai dengan yang dijalankan. Ini harus diperhatikan," kata Direktur Center for Election and Political Party (CEPP) Untad Palu ini.
Ditanya soal kampanye hitam yang saat ini bermunculkan di berbagai media, Irwan mengatakan hal itu susah dihindari, apalagi di media sosial.
Menurutnya, harus ada kecerdasan dari masyarakat dan mengambil hikmah di balik "tawuran" media sosial atau kampanye hitam yang dilontarkan pihak tertentu.
Dia juga mengatakan munculnya kampanye hitam karena persaingan begitu ketat sehingga masing-masing tim sukses mencari celah.
Pilpres 2014 akan diikuti dua pasangan yakni Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Jokowi-Jusuf Kalla maju di pemilu didukung PDI Perjuangan, Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Sementara Prabowo Subianto-Hatta Rajasa disokong Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).