Prabowo Subianto (dua kiri) dan Hatta Rajasa (tiga kiri) didampingi Presiden PKS Anis Matta (kiri) dan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (kanan) menyapa pendukungnya saat meninggalkan gedung KPU usai menyerahkan berkas-berkas kelengkapan pendaft
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Aburizal Bakrie merotasi empat anggota fraksi Partai Golkar di DPR dinilai tepat. Keputusan tersebut menunjukkan sikap kepemimpinan ARB yang tegas selaku Ketua Umum Partai Golkar.
“Memang kewenangan Pak Ical. Saya kira terkait dengan kader yang membelot ke Jokowi-JK,” kata Pengamat dari konsultan politik Jarinusa, Yudha Firmasyah di Jakarta, Rabu (28/5).
Menurut Yudha, rotasi tersebut merupakan peringatan pertama bagi kader Partai Golkar yang mendukung pasangan Jokowi-JK. Apalagi sebelumnya ARB dengan tegas sudah meminta mereka untuk mengundurkan diri.
“Instruksinya tegas kok. Kalau tidak diindahkan berarti kan minta konsekuensi lebih lanjut,” ujarnya. Yudha mendukung apa yang dilakukan ARB. Sebab menurutnya, jika kondisi itu tetap dibiarkan sama saja menghancurkan sistem partai.
“Mereka itu kan menentang kebijakan mandataris Rapimnas. Kalau dibiarkan apa artinya Rapimnas?,” tuturnya.
Karena itu, Yudha menyayangkan sikap sebagian elit Golkar yang menganggap keputusan Ical hanya akan memecah belah partai. Justru menurutnya, sikap para pembelot itulah yang memicu perpecahan.
“Kok dibolak-balik. Menurut saya, keputusan itu untuk mengeleminasi perpecahan, menyingkirkan duri di tubuh partai,” tegasnya.
Sebelumnya, Politisi senior Partai Golkar Zainal Bintang mengecam kebijakan rotasi oleh Aburizal Bakrie. Ia menganggap rotasi tersebut sebagai tindakan otoriter dan berpotensi memecah belah Partai Golkar.