Ketua umum DPP Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri (Pepabri) Agum Gumelar (kiri) menerima kunjungan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) di Kantor Pepabri, Jakarta, Selasa (22/4). (Republika/Aditya Pradana Putra)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Militer dan Politik Universitas Padjajaran, Muradi, Ph.D, menjelaskan purnawirawan menguasai strategi pemenangan pemilu. Mereka menguasai pemetaan teritorial yang juga dibarengi dengan kekuatan jaringan intelijen.
"Karena itulah mereka berperan strategis," jelas lulusan Flinders University, Australia, ini, saat dihubungi, Jumat (30/5). Mereka yang menguasai teritorial adalah purnawirawan yang pernag memegang tongkat komando kewilayahan. Mereka pernah menjabat Kapolda ataupun Pangdam.
Ada juga yang memegang jabatan asisten teritorial. Mereka menguasai pemetaan wilayah. Tokoh - tokoh masyarakat sudah dikantonginya. Mereka tinggal membentuk relawan dan menyambangi tokoh - tokoh tersebut untuk konsolidasi politik.
Ada juga yang memainkan fungsi intelijen. Gerakan ini memang sulit dibuktikan. Namun demikian, dapat dirasakan. Kelompok masyarakat tiba - tiba serentak mendukung capres tertentu, padahal belum tentu ada deklarasi.
Gerakan intelijen, jelasnya, lebih membuat propaganda untuk membuat masyarakat mengalihkan dukungan. Gerakan seperti ini memang tidak terlihat. "Sunyi," imbuhnya.