Paparan hasil survei LSI atas kinerja pemerintahan SBY selama jalannya pemilu 2014, di Jakarta, Ahad (22/12).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang Pilpres 2014 yang akan digelar 9 Juli nanti, diprediksi akan terjadi perang survei antar lembaga survei. Publik diimbau mewaspadai hasil rilis lembaga survei yang dianggap abal-abal. Tidak jarang lembaga survei abal-abal tersebut mengutak-atik data survei demi menyenangkan sang pemesan dan dijadikan alat untuk mempengaruhi pemilih.
Peneliti dari Konsep Indonesia (Konsepindo) Research and Consulting, Syafraji, mengatakan, pasangan capres dan cawapres yang bertarung akan berupaya mendorong hasil survei yang menguntungkan posisinya. “Pemilih sudah cerdas, mereka sudah bisa membedakan mana yang diutak-atik, mana yang apa adanya,” Syafraji, di Jakarta, Ahad, (1/6).
Menurut Syafraji, pola pertarungan lembaga survei tersebut sebenarnya mudah dibaca. Prabowo-Hatta Rajasa akan tunjukkan jarak elektabilitas mereka dengan Jokowi- Jusuf Kalla direkayasa seakan sudah dekat. “Nah, seberapa dekatnya, itulah potensi utak-atiknya,” kata dia.
Berdasarkan temuan survei sebelumnya, Syafraji menjelaskan, jika hari-hari ini ada rilis yang menyatakan jarak Prabowo-Hatta ke Jokowi sudah kurang dari 8%, sudah bisa dipastikan hasil survei tersebut abal-abal. “Menurut saya, itu sekadar hasil orat-oret untuk sesatkan opini publik,” imbuhnya.
Hal yang sama berlaku untuk rilis survei yang memenangkan Jokowi- Jusuf Kalla. Kalau jarak kemenangan pasangan ini di atas 30%, besar kemungkinan itu juga survei abal-abal. “Terlalu tinggi loncatannya kalau jaraknya terpaut begitu jauh,” ungkap dia.
Hal terpenting, kata Syaraji, untuk mencermati prosentase yang belum memilih atau menyatakan rahasia. Kalau masih di atas 30%, juga janggal. “Menjelang hari penyoblosan, biasanya sudah di bawah 20%,” jelasnya.
Terkait survei yang diduga kuat abal-abal, ia menyarankan media dan juga asosiasi lembaga survei bersikap pro aktif dengan meminta pihak yang bersangkutan membuka data mentahnya. Kalau perlu sampai data respondennya. “Tinggal di spot chek, bisa langsung ketahuan keabal-abalan survei yang bersangkutan,” jelas Syafraji.