Capres dari Koalisi Merah Putih Prabowo Subianto (tengah) didampingi Cawapres Hatta Rajasa (kanan) berbincang dengan Ketua Harian DPP Partai Demokrat Syarief Hasan (kiri) serta pengurus partai ketika melakukan dialog dengan Partai Demokrat di Jakarta, Ahad
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat (PD) telah mendengarkan pemaparan visi misi dari pasangan Prabowo-Hatta. Pasca pemaparan, sinyal dukungan dari PD semakin menguat. Jika jadi mendukung Prabowo-Hatta, Demokrat dinilai tidak konsisten dalam bersikap.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Maswadi Rauf mengatakan, sikap netral yang diambil PD dalam rapat pimpinan nasional (Rapimnas) harusnya merupakan sikap final dan tidak boleh berubah lagi. Sebab, keputusan tersebut adalah sikap partai yang 'dipegang' oleh masyarakat.
"Kalau kemudian mendukung salah satu pasangan itu artinya tidak konsisten. Masyarakat semakin tidak percaya dengan Demokrat," katanya saat dihubungi Republika.
Guru besar ilmu politik UI ini menjelaskan, apa yang terjadi pada PD saat ini adalah buntut dari keragu-raguan PD sendiri dalam bersikap. Sikap netral yang diambil PD dinilainya bersayap dan tidak jelas arahnya. Apalagi, kata dia, kader diminta untuk tidak golput dalam pemilihan presiden 9 Juli mendatang.
Menurutnya, PD sudah terlambat untuk bergabung dalam salah satu kubu pasangan capres-cawapres. Alasan untuk mendengarkan visi misi pasangan capres-cawapres yang sejalan dengan pemerintahan SBY juga dinilai mengada-ada. "Apakah dibutuhkan waktu sekian lama untuk melihat visi misi pasangan capres-cawapres yang sesuai program SBY? Itu mengada-ada saja," ujarnya.
Meski belum resmi, sinyal dukungan dari partai yang dibidani SBY ini semakin menguat pasca Prabowo-Hatta memaparkan visi misinya di hadapan kader Demokrat di Hotel Sahid Jakarta, Ahad (1/6). Bahkan, Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan meminta kader untuk menyosialisasikan visi misi pasangan koalisi merah putih itu karena dianggap sejalan dengan pemerintahan Presiden SBY.