REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Calon presiden (capres) dinilai kerap berpura-pura merakyat, seperti menumpangi sepeda ontel dan bajaj, demi mengangkat citra menjelang Pilpres 2014. Padahal, mereka sehari-hari hidup mewah.
Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan Jakarta, Emrus Sihombing, menyatakan tidak perlu melakukan sandiwara atau berpura-pura seperti kehidupan rakyat kecil. "Padahal, kenyataanya memiliki kekayaan di atas belasan miliar rupiah," ucapnya, saat dihubungi Republika, Rabu (4/6).
Disampaikan Emrus, kedua pasangan capres sudah termasuk orang yang mampu memiliki mobil mewah. Kehidupan mereka sehari-hari pun jauh di atas sopir bajaj atau tukang becak.
"Lain hal kalau pasangan capres dan cawapres benar-benar sopir bajaj atau tukang becak. Itu baru ideal menggunakan bajaj atau becak. Jadi, bukan menggunakan kendaraan rakyat untuk pencitraan," imbuhnya.
Dia menilai seharusnya pasangan capres dan cawapres lebih realistis. "Tidak perlu menggunakan kendaraan rakyat kecil padahal kehidupan keseharian keluarganya mewah, makanan sehari-hari di rumahnya kualitas satu, atau minimal sekelas hotel bintang tiga," kata Emrus.
Kepura-puraan, menurut dia, akan mudah dibaca masyarakat. Sikap yang tidak alamiah justru bisa menimbulkan sentimen negatif. Masyarakat justru akan semakin antipati dengan sikap seperti itu.
"Lebih baik tampil apa adanya (sesuai strata sosial-ekonominya)," tandas Emrus.