REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) tengah melakukan debat visi dan misi yang sedang berlangsung di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (9/6) malam. Sesi kedua visi dan misi debat telah selesai dilakukan.
Pakar Psikologi Politik UI Dewi Harun mengatakan sesi pertama dua pasang capres dan cawapres menyampaikan visi dan misi, Jokowi dan JK bagus termasuk menguasai bahan. Sementara Prabowo dan Hatta sudah memiliki chemistry dan pembawaan yang bagus.
Namun, secara psikologis saat diberikan pertanyaan yang spontan, jawaban Jokowi sangat normatif dan dangkal mengenai GBHN dan kemudian melanjutkan menjawab mengenai pemerintahan yang lama.
"Dia tidak menjawab dengan tuntas, dia tidak menguasai GBHN dan JK yang menjelaskan itu. Psikologisnya nunduk-nunduk yang akhirnya terlihat seperti yang bingung, kasihan," ungkapnya.
Ia menuturkan tidak mengerti dengan psikologis Jokowi yang seperti itu padahal dia pernah menjadi Walikota dan Gubernur. Sehingga kemampuan Jokowi terlalu minim. "Ada apa dengan Jokowi yang sangat minim dalam berpidato," ungkapnya.
Menurutnya, kemampuan seorang presiden (pemimpin) dalam berpidato itu harus sistematik serta pidato itu merupakan gagasan berpikir. "Itu tuh dijelmakan dari bicara. Jadi dia dipertanyakan (Jokowi) karena ini debat presiden," ungkapnya.
Sementara, psikologis Prabowo-Hatta bagus saat berbicara korupsi. Mereka menyampaikan ide mengatasi permasalahan demokrasi yang mahal.
Dewi Harun pun mengkritik pembawa acaranya yang tidak bagus, kualitasnya bukan untuk pembawa acara debat presiden dan wakil presiden. "Dia Ilmuwan, tidak menguasai sehingga tidak lepas. Tidak ada perkenalan terlebih dahulu," ungkapnya.