Pasangan Peserta Pilpres 2014, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla saling menyapa sebelum Debat Capres-Cawapres di Jakarta, Senin (9/6). (Republika/Edwin Dwi Putranto)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Psikologi Universitas Indonesia (UI) Dewi Harun mengatakan, secara keseluruhan penampilan awal Prabowo-Hatta di debat visi dan misi capres dan cawapres bagus. Namun, diakhir-akhir terlihat agak menurun.
Sementara, capres dan cawapres, Jokowi dan JK lebih banyak naik turun. Pembicaraan banyak diambil alih oleh JK. "(Jokowi-JK) Awal bagus, di tengah kedodoran, terakhir mulai bangkit lagi," ujar Dewi Harun kepada Republika, Senin (9/6).
Ia menuturkan dari segi penyampaian visi dan misi, Prabowo-Hatta lebih konseptual dan visioner. Sementara Jokowi dan JK lebih ke arah operasional mengenai ke depan. "Kongkrit akan tetapi butuh strateginya (sekelas presiden)," katanya.
Menurutnya, penyampaian visi dan misi Jokowi dan JK bagi masyarakat umum lebih berpengharapan. Masalah-masalah akan beres oleh mereka. Seolah, Jokowi dan JK bisa memecahkan masalah secara langsung.
Namun, itu bisa menjadi berbahaya karena masalah negara tidak sesederhana yang dibayangkan. "Dia menyebutkan E-Goverment bisa dua minggu selesai, administrasi negara itu gak bisa gitu," ungkapnya.
Dewi mengatakan termasuk mengenai politik anggaran di pusat itu akan berapa lama. Karena, Jakarta saja anggarannya tidak terserap. "Gimana kalau semua satu pintu, 33 provinsi, berapa kota/kabupaten, terlalu disederhanakan terlalu mudah. Bisa bumerang bagi mereka," katanya.