REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Komunikasi Politik Universitas Padjajaran, Lely Arianie, menilai pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla (JK) unggul dalam debat melawan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Secara nilai, ia menyebut pasangan Jokowi-JK pantas mendapatkan angka 60. Sisanya adalah pasangan Prabowo-Hatta.
"Kita lihat dari narasi pertama. Subtansi terkait dengan cara menjawab tentang pertanyaan atas tema yg disodorkan," kata Lely kepada Republika di Jakarta, Senin (9/6).
Lely menjelaskan, komunikasi politik itu digagas sebagai pertukaran, bukan penyampaian pesan politik. Artinya pernyataan atau jawaban terhadap pertanyaan itu terkait bagaimana kandidat memberi ruang untuk pesannya bisa disampaikan dalam kata yang tak bersayap dan tidak normatif.
"Maka subtansi tentang demokrasi, keadilan atau kesamaan di muka hukum itu harusnya tidak diperdebatkan," katanya.
Lalu tentang penegakan hukum, Lely mengatakan, selama ini asumsi masyarakat sudah terlanjur menasbihkan keadilan itu tumpul untuk si kaya dan tajam untuk si miskin. Menurut dia, seharusnya persoalan itu dapat dijawab oleh kedua pimpinan dengan ketegasan.
"Kalau menggunakan kata saya atau kami maka akan. Nah mungkin karena banyak masalah yang dipertanyakan mereka hanya menjawab "akan" yang itu bukan sama dengan "harus",'' jelasnya.
Hal ini membuktikan, kata Lely, dua pasang calon ini masih gamang dalam mencari tahu apa yang akan mereka lakukan. "Tapi mungkin karena tidak ada beban sosial masa lalu maka mereka enteng menarik benang merahnya," jelas Lely.
Debat kali ini dinilainya menarik. "Bagaimana Jokowi yang kita duga katrok itu tegas menjawab tentang pertanyaaan Prabowo," jelasnya.