PELUNCURAN BUKU HENDROPRIYONO. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal (Purn), A.M Hendropriyono, menyampaikan sambutan saat peluncuran buku, "Operasi Sandi Yudha, Menumpas Gerakan Klandestin", di Jakarta, Selasa (7/5).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota tim sukses pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Letnan Jendral (purnawirawan), Suryo Prabowo membantah tuduhan kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) soal pengerahan bintara pembina desa (Babinsa) oleh kubu Prabowo-Hatta. Sebaliknya, Suryo justru menyebut tuduhan dari kubu Jokowi-JK sebagai rekayasa dari mantan Kepala BIN, AM. Hendropriyono yang kini bergabung dalam tim sukses Jokowi-JK. "Ini permainan Hendropriyono," kata Suryo saat dihubungi wartawan, Senin (9/6).
Suryo mengatakan Hendropriyono sengaja menyerang kubu Prabowo-Hatta sebagai antisipasi agar persoalan pengerahan Babinsa tidak dialamatkan ke kubu Jokowi-JK. "Dia serang lebih dahulu sebagai pencegahan. Dia sedang membuat sinetron," ujar Suryo.
Suryo menyatakan kasus pengerahan Babinsa menjadi strategi efektif menjatuhkan elektabilitas Prabowo-Hatta. Analisis Suryo, pengerahan Babinsa justru dilakukan kubu Jokowi-JK. Ini karena menurut Suryo, sebelum kasus itu mencuat sempat beredar berita di media massa kalau Panglima TNI Jendral Moeldoko dan KASAD, Budiman memiliki kedekatan dengan kubu Jokowi-JK. "Maret lalu diberitakan Panglima TNI Jenderal Moeldoko menghadap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri," katanya.
Pertemuan Moeldoko dengan Megawati syarat kejanggalan. Suryo menyatakan kalau memang alasan pertemuan menyangkut pengamanan pemilu, mestinya Moeldoko juga bertemu dengan tokoh ketua umum partai lain. "Kenapa pertemuan itu hanya ke Megawati saja?," ujar Suryo.
Suryo tidak berhenti sampai di situ. Dia mengutip pernyataan Presiden SBY soal informasi adanya upaya dari pasangan salah satu capres yang ingin menyeret-nyeret TNI aktif dalam pemilu. Dugaan Suryo, pernyataan itu disampaikan SBY kepada Hendropriyono.