Home >> >>
Kampanye Hitam Untungkan Capres
Selasa , 10 Jun 2014, 10:23 WIB
Warga menggelar aksi damai "Stop Kampanye Hitam" di Bunderan HI, Jakarta Pusat, Ahad (8/6). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pakar Komunikasi Politik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Prof Dr Alo Liliweri MS, mengatakan, kampanye hitam yang terjadi melalui media sosial kepada calon presiden, justru akan menaikan elektabilitas pasangan tersebut.

"Jika secara kuantitas, tren kampanye hitam yang dialamatkan kepada calon presiden Prabowo Subianto usungan Partai Gerindra dan partai koalisinya maka akan sangat menguntungkan dan menaikan keterpilihan mantan Danjen Kopasus itu," ujarnya di Kupang, Selasa (10/6).

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi FISIP Undana Kupang itu, mengatakan, secara etika politik, kampanye hitam, bukan merupakan jalan terbaik untuk menaikan elektabilitas seorang calon.

Namun demikian, tidak bisa dihindari, hal itu (kampanye hitam) pasti akan terjadi, seiring dengan semangat para pendukung untuk menempuh sejumlah cara demi memenangkan calon pilihannya.

Segala cara itu pun dilakukan, seirama dengan kemajuan teknologi dan informasi yang saat ini sedang terjadi. Sejumalah kemajuan dalam teknologi komunikasi media sosial, akhirnya menjadi pilihan utama, media kampanye hitam dan kampanye negatif.

"Kita hari ini hanya disodorkan dua calon pemimpin bangsa. Karena itu segala cara akan dilakukan setiap pendukung untuk memenangkan paket usungannya," katanya.

Terminologi kampanye hitam dalam politik, sangatlah berbeda dengan kampanye negatif. Kampanye hitam lebih ke arah pemutarbalikan fakta, sebagaimana yang dilontarkan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) A M Hendropriyono dengan mengatakan Prabowo mengidap psikopat dan gila.

"Atau tentang pelanggaran HAM dan penculikan yang dilakukan oleh Prabowo Subianto," katanya.
Sementara kampanye hitam dengan memutarbalikan fakta yang ditujukan kepada Joko widodo yaitu bahwa calon presiden usungan PDI Perjuangan, Partai NasDem, PKB, Hanira dan PKP Indonesia itu adalah seorang turunan China, dengan nama asli Herbertus Joko Widodo.

"Semua cara ini dilakukan kepada dua kandidat oleh asing-masing lawan, untuk kepentingan pembunuhan karakter. Namun demikian, justru sebaliknya akan menambah keterpilihan masyarakat," katanya.

Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar