Relawan Merah Putih Sejati menyemarakan acara deklarasi dukungan mereka kepada pasangan capres cawapres Prabowo Subianto - Hatta Radjasa di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (10/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei yang dirilis Pusat Data Bersatu (PDB) menunjukkan tren elektabilitas pasangan Jokowi-JK terus mengalami penurunan. Jika sebelumnya selisih antara pasangan Jokowi-JK dengan Prabowo-Hatta cukup jauh, saat ini selisih itu makin menipis hingga di kisaran 5 persen.
“Tren elektabilitas Jokowi-JK terus menurun. Sedangkan elektabilitas Prabowo-Hatta terus menaik. Sampai dengan sekarang selisih elektabilitas antara kedua pasangan berada di sekitaran angka 5 persen," kata peneliti senior PDB, Agus Herta, saat rilis survei PDB di Jakarta, Selasa (10/6).
Hasilnya, elektabilitas Jokowi-JK berada di angka 32,2% dan Prabowo-Hatta 26,5%. Jokowi-JK unggul di 3 kota besar Indonesia, yakni Semarang, Balikpapan dan Makassar. Sedangkan Prabowo dominan di Medan dan Bandung. Untuk Jakarta dan Surabaya, kedua pasangan sama-sama kuat.
Di kota lain masih banyak swing voters. Bila swing voters ini lari ke kubu Prabowo-Hatta, maka ini bisa jadi ancaman bagi kubu Jokowi-JK. "Namun jika swing voters ini bisa ditarik oleh Jokowi-JK, maka di dua kota itu mereka masih bisa unggul," kata Agus.
Dia menambahkan, meski secara keseluruhan Jokowi-JK masih unggul, tetapi menurunnya tren elektabilitas itu hendaknya diperhatikan. Apalagi, katanya, sisa waktu yang tersedia kurang dari satu bulan. "Karena selama kami melakukan survei, pasangan yang tren elektabilitasnya menurun akan terus menurun. Sedangkan pasangan yang trennya terus menaik, akan terus naik," imbuh Agus.
Jika kondisi tersebut tidak segera diantipasi, lanjutnya, besar kemungkinan akan disalip pasangan Prabowo-Hatta. “Kalau melihat tren seperti ini, dan tidak diantisipasi oleh timnya, tidak menutup kemungkinan Prabowo-Hatta bisa menyalip," jelas Agus.
Survei PDB dilakukan dari tanggal 21 Mei 2014 sampai 1 Juni 2014 di 7 kota besar dari 7 provinsi yang meliputi Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan Makassar.
Responden dari survei itu, katanya, adalah pasangan suami dan istri sebagai pengambil keputusan yang berasal dari keluarga kelas menengah. Sedangkan metode yang digunakan ialah melalui metode wawancara tatap muka dengan jumlah responden 2.688 orang dan margin error 5%.