Calon Presiden nomor urut dua, Joko Widodo saat tampil dalam debat ronde II di Jakarta, Ahad (15/6). (Republika/Aditya Pradana Putra)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan calon presiden dari PDIP, Joko Widodo, terlihat tidak percaya diri dalam debat capres dengan tema pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial di Hotel Grand Melia, Jakarta, Ahad (15/6).
Ia menuturkan dalam debat tersebut Jokowi menjawab pertanyaan-pertanyaan (moderator) banyak yang tidak berkaitan. "Pertanyaannya apa, jawabannya apa, lain yang ditanya lain jawabannya," katanya.
Pangi mencontohkan saat moderator memberikan pertanyaan kepada Jokowi, bagaimana menyelesaikan masalah pengangguran dan kemiskinan. Jokowi malah berbicara mengenai Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
"Relatif tidak nyambung jawabannya. Jokowi seolah-olah meremehkan persoalan ekonomi," katanya.
Menurut dia, persoalan Kartu Jakarta Sehat sudah ada (dipegang) BPJS. Seharusnya, Jokowi tidak usah berbicara mengenai KJS karena itu sudah usang. Sehingga, cukup memperbaiki sistem BPJS yang sudah memiliki sistem sendiri. "Jokowi terkesan hobi buat kartu ini dan kartu itu jadinya," katanya.
Ia menuturkan publik membaca Jokowi tidak tulus dengan terus membicarakan KJS dan KJP dan selalu membanggakan program kartu tersebut. Publik menangkap, Jokowi masih berpikir pencitraan terus.
Karena, (selama ini) pelayanan KJS banyak bermasalah di Jakarta. Bahkan, sekarang program tersebut sudah macet alias tidak berjalan lagi.
Pangi menambahkan terdapat pertanyaan-pertanyaan moderator yang tidak dijawab oleh Jokowi. "Sebaiknya Jokowi mencatat pertanyaan moderator sehingga tidak terjadi kejadian seperti debat tadi malam," katanya.
Di sisi lain, calon presiden dari partai Gerindra, Prabowo Subianto, dikatakan berhasil mengambil empati dokter dan perawat. Karena untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, gaji dokter dinaikkan. "Suara dokter dan perawat tergolong besar," katanya.