REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah lembaga survei menyatakan elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 1 Prabowo-Hatta terus naik. Tren elektabilitas pasangan Koalisi Merah Putih secara meyakinkan disebut-sebut telah memasuki fase positif, dibanding Jokowi-JK yang cenderung menurun.
Pengamat politik Jari-Nusa Deni Lesmana mengatakan, terus meningkatnya elektabilitas Prabowo-Hatta jadi ancaman tersendiri bagi pasangan Jokowi-JK. Pasalnya, apabila tren tersebut tak mampu dibendung, besar kemungkinan Prabowo-Hatta memenangi pemilu presiden 9 Juli mendatang.
“Saya tidak bicara survei mana yang paling layak dipercaya. Yang jelas, baik survei yang mengunggulkan Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK, tren nomor 1 terus positif,” katanya ketika dihubungi di Jakarta, Senin (16/6).
Deni menyatakan, jika dalam praktiknya kubu Prabowo-Hatta berhasil merebut hati masyarakat yang belum menentukan pilihan, maka kemungkinan besar bisa memenangi Pilpres. Begitu pula sebaliknya dengan kubu pasangan Jokowi-JK. “Cuma kan catatannya, tren Jokowi-JK seperti terkunci, cenderung negatif,” tandas Deni.
Pengamat Politik Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara menyatakan Prabowo-Hatta lebih mendapatkan sentimen positif masyarakat. Sebabnya, efek mekanisme partai yang bekerja. "Pilpres memang mengutamakan figur, tapi yang melakukan sosialisasi figur adalah partai," imbuhnya.
Menurut dia, media sosial juga mempengaruhi. Jika dilihat respon pengguna media sosial terhadap Prabowo-Hatta sangat baik. Kepribadian capres juga mempengaruhi saat tampil di depan umum. Prabowo saat tampil Mengambil nomor urut dan deklarasi damai, selalu menyebut nama Jokowi.
Mantan danjen Kopassus itu juga memberi hormat petinggi partai koalisi pendukung Jokowi. Namun sayangnya, Megawati yang mengusung Jokowi, justru duduk santai. Padahal Prabowo menyalaminya dengan sebelumnya memberi hormat sambil berdiri tegap. "Ini membuat masyarakat memberikan poin positif kepada Prabowo."