Massa pendukung dan simpatisan menghadiri kampanye terbuka pilpres 2014 Cawapres nomor urut dua, Jusuf Kalla, di Lapangan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Jumat (13/6).
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ketergantungan kedelai impor di Indonesia masih sangat tinggi. Cawapres Jusuf Kalla (JK) mencanangkan pengurangan impor kedelai dengan memperbanyak pengembangan tanaman tersebut.
Ia mengatakan, kedelai Indonesia lebih gurih, namun stoknya sangat terbatas. Ketersediaan kedelai dalam negeri maksimal hanya untuk 6 bulan. Sisanya, para pelaku usaha harus mengandalkan produk luar.
"Perlu ada upaya untuk mengurangi ketergantungan ini. Kawasan yang produktif untuk pengembangan tanaman kedelai harus segera dipikirkan," kata JK di Malang kemarin.
Menurut dia, kemungkinan paling ideal berada di luar Jawa. Alasannya, kalau Jawa sudah terlalu padat untuk penyiapan lahan pertanian sehingga pengembangan kedelai tak memadai untuk kebutuhan dalam negeri.
JK berjanji akan serius menangani masalah ini. Pasalnya, masyarakat Indonesia sudah akrab dengan tahu dan tempe yang bahan bakunya dari kedelai. Namun, sebagai daerah agraris justru tak menyediakan bahan baku.
"Selain lahan, hal yang perlu diperhatikan juga adalah teknologi untuk tingkatkan produktifitas pertanian," ujar dia.
Tanpa teknologi pertanian, JK menyebut akan sulit juga mencapai target produksi yang cukup. Masalahnya, kata dia, adalah produksi, agar kebutuhan dalam negeri mencukupi.
Seorang pengelola koperasi kedelai, Muhammad Isman mengatakan, saat ini dirinya tidak mungkin berharap pada produksi kedelai dalam negeri. Sebab, saat dibutuhkan justru tidak ada. Bahan baku yang tersedia sangat terbatas.
"Makanya, mau tidak mau harus andalkan kedelai impor. Saya untuk mensuplai pengelola industri tempe dan tahu, butuh 6-7 ton setiap harinya. Jelas ini, bukan kebutuhan yang sedikit," kata dia.