REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Komaruddin Hidayat, menyatakan visi dan misi calon presiden dan wakil presiden harus layak dan bisa direalisasikan serta mampu mengatasi persoalan bangsa.
"Visi misi capres dan cawapres harus visioner dan 'feasible' agar rakyat, kaum intelektual, bisa menilai mana yang bisa direalisasikan dan mana yang 'gombal'," katanya kepada Antara di Jakarta, Kamis, ketika ditanyakan soal efektivitas visi dan misi pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Ketua Panitia Pengawas Pemilu Pusat pada 2003-2004 itu mengatakan pasangan capres dan cawapres harus memperhatikan permasalahan utama rakyat dan menuangkannya dalam visi serta misi mereka.
Menurut moderator debat capres dan cawapres menjelang Pemilu 2009 itu ada empat permasalahan utama yang harus diperhatikan dan bisa dijadikan panduan rakyat untuk memilih pemimpin mendatang, yakni, penegakan hukum, reformasi birokrasi, infrastruktur, dan pendidikan.
"Nah, pertanyaannya sekarang, capres dan cawapres mana yang menganggap ini sebagai agenda pokok?" ujar Guru Besar Filsafat Agama itu.
Visi dan misi capres dan cawapres, menurut dia, tidak bisa dilepaskan dari usaha pencitraan untuk menaikkan perolehan suara.
Oleh karena itu, katanya, masyarakat harus terus mengejar visi dan misi itu agar mengetahui apa yang ada di balik "selimut" pencitraan.
"Caranya dengan terus mengadakan dialog dengan capres dan cawapres. Selain debat resmi KPU, undang mereka untuk berbicara di depan perkumpulan-perkumpulan, seperti Kadin atau Forum Rektor," kata Doktor Filsafat Barat dari Middle East Technical University, Turki, itu.
Komaruddin Hidayat menilai pasangan capres dan cawapres yang sedang berkompetisi untuk Pemilu 9 Juli 2014 memiliki kelebihan masing-masing.