REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid dipecat oleh Partai Golkar gara-gara mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Padahal Nusron Wahid adalah peraih suara terbesar di pemilu legislatif lalu. Karena itulah, mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi melakukan pembelaan terhadap mantan Ketua Umum PB PMII itu.
Kiai Hasyim menilai wajar, jika Nusron hendak menggugat Partai Golkar. Pasalnya, pemecatan itu lebih karena selera Aburizal Bakrie, ketimbang peraturan di internal Golkar. "Wajar kalau Nusron menggugat atas pemecatan dirinya dari Golkar. Pemecatan ini lebih terasa selera pimpinan daripada sebuah peraturan," kata Kiai Hasyim, Kamis (26/6).
Semestinya, jika mendasarkannya pada peraturan, ia menilai Jusuf Kalla dan Luhut Panjaitan dipecat dulu. Lantaran JK mencalonkan diri sebagai wakil presiden dan Luhut adalah tim sukses Jokowi-JK.
Kiai Hasyim memastikan, suara besar yang diraih Nusron untuk partai Golkar dari kaum nahdliyin."Suara 243 ribu yang diraih Nusron didapilnya pasti suara kaum nahdiyin . Bagaimana kalau dialihkan ke orang lain?" kata pengasuh pondok pesantren Al-Hikam Malang dan Depok ini.
Nusron yang merupakan kader NU potensial, kata Kiai Hasyim, bisa kembali ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), jika memang ia menjadi korban ketidakadilan politik. "Tetapi seandainya Nusron menjadi korban ketidakadilan politik, masih bisa kembali ke keluarga. Saya akan dukung Nusron kalau ternyata ikut tetangga lebih sengsara daripada di rumah besar NU sendiri. Anak muda seperti dia tidak selayaknya semangatnya dipatahkan oleh yang tua-tua," ujar Kiai Hasyim.