Home >> >>
Elite PBNU Diingatkan Soal Wasiat Mbah Sahal
Ahad , 29 Jun 2014, 11:32 WIB
dok. Republika/Agung Fatma
KH Muhammad Achmad Sahal Mahfudz

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Aminuddin Ma’ruf  berharap agar para pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meneladani wasiat politik Rais Aam PBNU almarhum KH Sahal Mahfudz tentang etika politik ulama yang mengutamakan kemaslahatan bangsa dan kerakyatan.

“Mbah Sahal sangat jelas wasiatnya, bahwa NU bukan organisasi politik yang sibuk pada orientasi kekuasaan, NU adalah organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan yang harusnya jadi juru damai di tengah konflik horizontal yang mengancam pada Pilpres kali ini," ujar Amin, Ahad (29/6).

Amin yang baru dilantik sebulan lalu ini sangat prihatin dengan fakta para pimpinan kaum Nahdliyin berbuat hal yang rentan menimbulkan konflik horizontal. Sesungguhnya, Amin dan PB PMII mencermati, siapapun capres yang terpilih nantinya merupakan representasi dari rakyat yang diberi tanggungjawab untuk menjalankan amanah konstitusi serta mempertahankan NKRI.

"Para kiai pimpinan PBNU dan banomnya harus jadi teladan umat. Jangan ikut terjebak pada polarisasi dukung-mendukung capres yang bisa menebar perpecahan,” tegas Amin.

Amin berharap para kiai dan elit PBNU merenungkan kembali  wasiat dan teladan sikap Mbah Sahal yang meninggal medio Januari 2014 lalu. Sang penerusnya, Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri juga mengingatkan berkali-kali tentang hal ini. Gus Mus sering menyatakan prihatin pada tren negatif yang terjadi dalam pilpres kali ini. Di berbagai kesempatan, selalu ia mengingatkan tentang pentingnya peran ulama sebagai juru damai dan penegah konflik.

"Seharusnya, para pimpinan PBNU dan banomnya taat kepada instruksi Gus Mus, selaku Rais ‘Aam yang berharap NU menjadi penengah, bukan malah ikut terlibat pada pusaran konflik,” terang Amin.

Redaktur : Muhammad Hafil
Reporter : indah wulandari
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar