Peneliti Utama Lembaga Survei Indonesia (LSI) Saiful Mujani (kiri) dan Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk saat peluncuran hasil survei terbaru LSI di Jakarta.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pengamat psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk mengatakan mesin partai politik hanya berjalan setengah-setengah jelang proses pelaksanaan pemilihan presiden 9 Juli mendatang. Kondisi itu terjadi mulai dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sampai tingkat ranting.
Tak mengherankan jika kerja mesin parpol diambil alih oleh para relawan capres-cawapres. Celakanya, relawan itu pun tak bekerja secara utuh dan terkoordinasi dengan baik.
"Mesin partai jalan separuh-separuh. Makanya diambil oleh relawan yang malah tidak terkoordinir," ujar pengamat psikologi politik, Hamdi Muluk saat diskusi "Benarkah Mesin Partai Politik Tak Bergerak di Pilpres 2014" di Jakarta Pusat, Ahad (29/6).
Ia menuturkan mesin partai yang tidak berjalan menyebabkan relawan mengambil alih sebagai upaya memenangkan capres-cawapres. Namun, tidak bagus juga jika relawan bekerja sporadis dan bekerja berdasarkan ketokohan.
Menurutnya, hal itu akan berdampak pada ketidakberlanjutan relawan-relawan untuk mendukung capres-cawapres yang ada.
"Relawan ini akan berpindah tergantung kepada sosok yang ada," katanya.
Hamdi Muluk mencontohkan di Amerika Serikat, relawan-relawan partai Republik dan partai yang bertahan. Di Indonesia, hampir semua partai-partai di Indonesia terpecah belah. Seperti, PKB, PPP dan partai Demokrat yang dukunganya terbelah. Meskipun diakuinya ada pula partai yang relatif solid seperti PDIP, PKS, dan Partai Gerindra.