REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang yang mengaku mantan konsultan IT Joko Widodo (Jokowi), Wahyu Nugroho, melontarkan kritiknya pada capres asal PDI Perjuangan itu. Wahyu menilai ide Kartu Indonesia Pintar yang diusung capres PDI Perjuangan tersebut akan banyak menemui kendala.
Pria ini merujuk program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Solo (BPMKS) yang jadi cikal bakal ide Kartu Indonesia Pintar.
Wahyu menceritakan dirinya diminta untuk membangun sistem informasi teknologi untuk data-data siswa yang kurang mampu di Solo. Menurutnya kejanggalan pertama yang ia rasakan adalah saat menerima data mentah daftar siswa tidak mampu di Solo oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Solo.
Berdasarkan data yang dihimpunnya tahun 2010, jumlah siswa di Solo ada 105 ribu siswa. Sedangkan data yang diberikan oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Solo ada sebanyak 110 ribu siswa.
“Secara logika saja, kalau semuanya dikasih BPMKS kan artinya semuanya miskin. Dan itu enggak mungkin se-Solo miskin semua. Padahal jumlah siswanya hanya segitu-segitu saja. Paling kalau bertambah juga hanya 100 atau 200 siswa,” ungkap Wahyu, kemarin.
Wahyu yang merasa janggal, tidak langsung mempercayai data tersebut. Kejanggalan itu menurutnya semakin menguat saat dirinya menginput data nama-nama siswa melalui software komputer. Tujuannya agar tidak ada nama siswa ganda atau nomor induk siswa yang ganda.
Namun pada saat itu Pemkot Solo menolak data tersebut untuk diperbaharui dan meminta untuk diinput apa adanya sesui data yang diberikan. Menurut Wahyu, data mentah yang diberikan kepada dirinya diinput melalui program komputer Microsoft Excel, kemudian dirinya menyaring lagi karena harus dimasukan dalam data base program PHP yang berbasis online.
"Kalau data base PHP kan tidak bisa ada nama yang sama dobel-dobel. Kalau excel kan mau dobel sepuluh kali juga bisa saja," bebernya.