Home >> >>
Enam Titik Rawan Pilpres
Selasa , 08 Jul 2014, 18:48 WIB
dokpri
Koordinator Nasional JPPR, Yusfitriadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Yus Fitriadi, mengindikasi enam titik rawan dalam pelaksanaan Pilpres 9 Juli. Pihaknya telah mengamati dan menerima laporan terkait indikasi kerawanan tersebut dari daerah-daerah.

Menurutnya, indikasi kerawanan yakni dalam politik uang (money politic). Menurutnya,  bukan hanya sekadar uang tapi bingkisan bahkan janji juga termasuk money politic. 

Kerawanan kedua yakni adanya kampanye terselubung. Selama tiga hari masa tenang dia mengamati dan terlihat dengan jelas, seperti Prabowo menemui petani, timses yang menurunkan atribut kampanye tapi memakai kaos bergambar capres-cawapres, serta masih ada stasiun televisi yang menyiarkan aktivitas capres selama hari tenang.  

“Puncaknya money politic malam ini, sedangkan kampanye terselubung dilaksanakan lebih masif pada malam ini dan fajar menjelang pemungutan suara,” kata Yus saat dihubungi Republika, Selasa (8/7). 

Dia juga mengindikasikan keterlibatan TNI/Polri, PNS dan pejabat pemerintah kabupaten/kota yang dinilai cukup rawan untuk mempengaruhi pemilih. Menurut Yus tidak ada yang mampu menggiring massa kecuali TNI/Polri, dan saat ini terdapat mantan jenderal yang masing-masing bergabung pada kedua kubu. 

Selain itu, rawannya keterlibatan gubernur/walikota/bupati menjadi timses pasangan capres-cawapres. Mereka seharusnya jadi milik rakyat, kata Yus, dan tidak memihak salah salah satu kandidat blok A maupun blok B. 

Yus menilai saat ini pasangan capres-cawapres sudah punya gambaran kira-kira menang atau kalah. Sehingga untuk menjadi pemenang Pilpres 2014, malam ini puncak untuk menghalalkan segala cara. Melalui intimidasi perangkat desa dan penyelenggara pemilu. Dengan demikian penyelenggara pemilu diragukan netralitasnya, sedikit saja tidak terlihat netralitasnya bisa menyulut amarah dari pihak pendukung. 

“Kampanye hitam puncak malam ini, melalui media apa pun dari mulut ke mulut, sarana ibadah maupun media sosial. Titik rawan dalam Pilpres ini harus diantisipasi agar tercipta pemilu yang bersih, jujur, dan demokratis,” imbuhnya. 

Redaktur : Muhammad Hafil
Reporter : c87
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar