REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Swing voters menjadi penentu pemenang pemilu. Mereka berada di tengah antara kubu Prabowo dan Jokowi. Jika mereka mengarahkan dukungan ke Prabowo maka pemenangnya adalah capres koalisi merah putih itu. Dan begitu sebaliknya.
Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan, Muradi, menjelaskan swing voters tidak dapat ditebak akan memberikan suaranya kemana. Mereka melihat momentum politik yang muncul. Sementara masing - masing capres mencoba menciptakan momentum agar pencitraan dan elektabilitas terdongkrak. "Mereka tidak dapat ditebak," imbuhnya, saat dihubungi, Selasa (8/7).
Menurutnya, swing voters adalah kalangan berpendidikan. Mereka bisa jadi adalah pegawai negeri dan swasta. Termasuk juga kalangan akademisi dan pengusaha. Suara mereka mencapai 10 persen, bahkan lebih.
Muradi menjelaskan mereka saat ini sudah menimang - nimang mana capres yang dianggapnya tepat menggantikan SBY sebagai presiden negeri ini. Yang mereka inginkan tentu pemerintahan yang lebih baik. Kesejahteraan rakyat meningkat. Kemudian akses untuk kesejahteraan rakyat tidak sulit.
Mereka juga akan sangat mempertimbangkan, apakah capres memiliki keterampilan yang cukup. Penampilannya ketika berorasi dan tampil di masyarakat seperti apa. Selain itu, program kerja mereka juga menjadi sorotan. Bukan sekadar program yang tekhnis, tapi juga yang visioner. "Masing - masing dari mereka punya pilihan. Kita lihat saja," imbuhnya.