Kameraman mengabadikan hasil survei tentang elektabilitas capres di lima kantong suara terbesar yang diselenggarakan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) di Jakarta, Jumat (30/5).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa mengatakan "swing voters" atau pemilih yang belum menentukan pilihan, akhirnya lebih banyak yang memilih pasangan calon presiden-calon wakil presiden, Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Dalam survei terakhir Juli 2014, masih terdapat delapan persen pemilih yang belum menentukan pilihannya. Jokowi-JK mendapatkan 'swing voters' lebih banyak," kata Ardian Sopa, Rabu (9/7).
Ardian mengatakan "swing voters" akan memilih capres, yang dalam hari-hari mendekati pemilihan memiliki citra dan pemberitaan yang paling positif, karena citra positif diakhir masa kampanye tersebut mengarahkan pemilih untuk memilih capres itu.
"Pemberitaan Jokowi yang menunaikan ibadah umroh di minggu tenang cukup membuat citranya menjadi positif, sehingga 'swing voters' akhirnya memilih Jokowi-JK," kata Ardian.
Selain itu, menurut dia, dalam tiga kali pemilu terakhir, jumlah golongan putih atau warga masyarakat yang tidak memilih mencapai 20-30 persen.
"Jumlah golput ini berbeda dengan 'swing voters'. Capres yang menang adalah capres yang mampu meminimalisir jumlah golput, dan golput dari pendukung Prabowo-Hatta ternyata lebih banyak, di mana hal itu menguntungkan Jokowi-JK," katanya.
Pasangan Jokowi-JK dinyatakan sebagai pemenang dalam hitung cepat versi Lingkaran Survei Indonesia dengan perolehan suara paling banyak yakni 53,37 persen, dibanding Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan suara 46,63 persen.
Hasil hitung cepat atau "quick count" LSI menunjukkan Jokowi-JK mendapat suara paling banyak dari sampel data yang masuk sebesar 98,05 persen pada pukul 15.00 WIB.