REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi dan Pengamat IT dari ITB Deddy Syafwan mengatakan, hasil perolehan suara antara Jokowi dan Prabowo sangat ketat sekali pada pilpres kali ini.
Kalau pada 2004 dan 2009, ujar Deddy, hasil perhitungan suara mutlak dimenangkan SBY. "Kalau saat ini perbedaan antara suara Jokowi dan Prabowo sangat tipis, bahkan berbagai lembaga survei memiliki hasil yang beda satu sama lain,"ujarnya.
Sebagai pemerhati di bidang IT, kata Deddy, ia melihat KPU saat ini belum siap secara teknis untuk mengantisipasi perbedaan suara yang sangat tipis. Seharusnya KPU segera mengumpulkan 100 persen form C1 PPWP dan lampirannya dari total TPS untuk pilpres 2014 sebanyak 479.1823 TPS.
"Ini dilakukan dengan via upload scan form C1 di KPUD Kabupaten Kota. Namun sayangnya, link ini belum tersedia di website KPU,"ujar Deddy.
KPU, terang Deddy, seharusnya melakukan perhitungan otomatis dan tabulasi cepat dengan aplikasi pembaca data atau entry data per TPS dari data C1 scan yang diupload. Sehingga peserta pilpres dapat langsung membandingkan hasil pilpres secara cgkat TPS, kelurahan, kecamatan, kabupaten, kota, serta pusat.
KPU, lanjut Deddy, harus memberikan tenggat waktu yang tidak melebihi jadwal perhitungan manual untuk semua proses di atas. Sehingga jika terjadi sengketa data hasil pilpres , data-data C1 ini dapat menjadi rujukan yang valid.
"Jangan seperti kasus pileg yang lalu. Sampai selesainya jadwal perhitungan manual, hanya 80 persen saja data scan C1 yang masuk,"kata Deddy.