Home >> >>
Pengamat Ini Bongkar Modus Mafia Quick Count
Selasa , 15 Jul 2014, 04:08 WIB
AP//Dita Alangkara
Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Riset Indonesia, Achmad Hisyam, mengatakan praktik mafia quick count bisa saja terjadi dalam pilpres kali ini. Menurutnya praktik itu tidak bisa ditelisik jika hanya menggunakan audit metodologi quick count. Dia menilai mafia itu terjadi bukan dalam proses sampling, melainkan pada proses penyajian data.

 

"Proses di lapangan akan memenuhi kaidah statistika. Tapi ketika disajikan hasilnya tidak memenuhi keinginan pemesan, bisa jadi hasilnya dipelintir," kata Achmad Hisyam lewat keterangan pers yang diterima ROL, kemarin.

 

Achmad mengungkapkan hal lain yang membuat adanya mafia quick count karena lembaga survei saat ini juga merangkap menjadi konsultan politik. Jika hasilnya kalah, maka lembaga survei itu dianggap gagal menjadi konsultan. Sehingga hasil survei itu akan diubah supaya tidak dianggap konsultan gagal.

 

"Hal lain yang membuat mafia bisa terjadi karena lembaga survei saat ini juga menjadi konsultan politik. Ia ditugaskan oleh pemberi kerja untuk memenangkan pemberi kerja," tuturnya.

 

"Jika ternyata hasilnya kalah, artinya ia gagal menjadi konsultan. Dan supaya menjaga image-nya sebagai konsultan, ia akan mengubah hasil survei supaya tidak dianggap konsultan yang gagal," ujarnya menambahkan.

Redaktur : Sammy Abdullah
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar