Home >> >>
Jakarta Jadi Titik Krusial Pilpres
Jumat , 18 Jul 2014, 15:00 WIB
Republika/Tahta Aidilla
Kapolri Jenderal Sutarman (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Polri menyebut titik krusial Pilpres 2014. Kapolri Jenderal Sutarman, mengatakan titik tersebut berada di Jakarta. ''Karena pada saat perhitungan suara akhir itu ada di Jakarta,'' kata dia, Jumat (18/6).

Sementara, menurut Sutarman, jika acuannya ialah Pileg, Aceh, Papua, Sulteng, NTT dan NTB menjadi titik krusial.  Sutarman juga melihat kedua belah pihak yang berpartisipasi dalam Pilpres 2014 saling mengklaim kemenangan. Kapolri pun mengajak kepada masyarakat untuk percaya hanya ke KPU.

''Karena penghitungan akhir itu di KPU,'' kata dia.

Kapolri mengajak segala pihak untuk ikut mengawasi KPU agar tetap independen untuk menghitung suara murni dari masyarakt. Upaya ini diharapkan dapat mengantisipasi adanya penggelembungan suara dan rekayasa. 

Termasuk tim pengawas masing-masing calon, Bawaslu dan Kepolisian. Kemudian, jika sudah penetapan dan dirasa masih ada masalah, ''Masih ada langkah berikutnya yaitu gugatan sengketa pemilu di MK,'' kata dia.

Sutarman mendukung penyelesaian dengan menggunakan prosedur hukum serta dengan mekanisme yang sudah ditetapkan. Sutarman menilai, calon presiden nantinya akan memimpin negara lima tahu ke depan.

Diharapkan bagi yang kalah, untuk ikut kembali mendukung pemimpinnya. ''Maka yang tadinya menjadi rival harus sama-sama mendukung karena ini pemimpin kita lima thaun ke depan,'' kata Sutarman. 

Pemimpin yang terpilih nanti harus didukung dengan masukan dan kritikan. ''Misalnya tidak bisa membawa sebagaimana yang dicita-citakan rakyat ya jangan dipilih lagi tahun 2019,'' kata dia.

Bagiamana dengan kemungkinan kerusuhan? Kapolri berharap keadaan akan kondusif. Namun, Polri sudah menyiapkan segala hal hingga ke level kontijensi. 

Redaktur : Muhammad Hafil
Reporter : Wahyu Syahputra
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar