REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Yayuk Basuki (43 tahun), petenis terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, mengakui bahwa ia pada awalnya sama sekali tidak tertarik untuk terjun ke politik dan cenderung "alergi" untuk bersinggungan dengan dunia yang bertolak belakang dengan dunia yang telah membesarkan namanya.
"Di dunia olahraga, kita lebih mengedepankan sisi sportivitas. Kalau di lapangan, lawan saya jelas, yaitu di depan, tapi kalau di dunia politik, lawan saya malah ada di belakang," kata Yayuk ketika dihubungi di kota kelahirannya Yogyakarta, Senin (7/4).
Tapi setelah melihat dunia olahraga di Tanah Air yang menjadi korban dan sasaran korupsi, seperti yang terjadi di komplek olahraga Hambalang, pembangunan perkampungan atlet SEA Games 2011 di Palembang dan PON 2012 Pekanbaru, Yayuk pun tidak tahan lagi.
Petenis yang pernah menghuni peringkat 19 dunia pada 1997 itu pun tidak menyia-nyiakan tawaran Partai Amanat Nasional (PAN) untuk menjadi calon legislatif memperebutkan kursi
DPR RI periode 2014-2019, mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah I (Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kota Salatiga). Tidak tanggung-tanggung, Yayuk pun dipercaya di nomor urutan teratas.
"Selama ini saya hanya berada di luar lingkaran dan menjadi penonton saat dunia olahraga dijadikan proyek untuk dikorupsi. Kalau saya terus berada diluar, tentu saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya harus berada dalam lingkaran untuk menyelamatkan dunia olahraga agar tidak lagi di obyek korupsi," katanya.