Home >> >>
Tantangan PBB Membuktikan Parpol Islam
Rabu , 22 Jan 2014, 17:08 WIB
Yogi Ardhi/Republika
MS Kaban

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai salah satu parpol Islam, Partai Bulan Bintang (PBB) kian optimistis menatap Pemilu 2014. Meski pada pemilu 2009, kader-kadernya tidak duduk di parlemen pusat, tapi dengan masih banyaknya kader yang duduk di daerah, kabupaten dan kota, justru menguatkan optimisme tersebut.

Nah, pada pesta demokrasi tahun ini, PBB kian tertantang untuk membuktikan platform parpol Islam. Bagaimana strateginya, berikut wawancara Republika Online (ROL) dengan Ketua Umum PBB Malam Sambat (MS) Kaban.

Bagaimana persiapan PBB menghadapi Pemilu 2014?

Persiapan PBB menghadapi pesta demokrasi bukan hanya pada saat menjelang pemilu ini, tetapi sudah dimulai sejak beberapa tahun sebelumnya.

Pertama, kami sudah lakukan penataan organisasi partai. Mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten kota, hingga provinsi. Ini memang menjadi amanat Muktamar PBB.

Kedua, kami terus menjalankan program pengembangan sumber daya manusia (SDM) kepada para kader, sehingga mereka siap menghadapi segala situasi. 

Ketiga, kami merekrut tokoh-tokoh masyarakat profesional maupun para aktivis dari berbagai macam organisasi massa Islam, agar terlibat menjadi anggota PBB.

Keempat, kami juga fokus di daerah-daerah binaan yang diharapkan bisa menjadi kontributor perolehan suara PBB pada Pemilu 2014.

Jadi, kami sudah sangat siap. Karenanya, kami sangat menyayangkan ketidakjelian dan kurangnya amanah dari KPU ketika mereka menyatakan PBB tidak lolos sebagai peserta pemilu tahun ini.

Tapi, syukurlah, masalah ini akhirnya bisa diatasi meskipun harus melalui gugatan di PT TUN (Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara) Jakarta.

Bagaimana target PBB untuk Pemilu 2014?

Saat ini, PBB memang tidak memiliki satu pun anggota legislatif di DPR RI sebagai akibat dari perubahan peraturan perundang-undangan tentang parpol dan pemilu.

Meskipun begitu, kami masih memiliki modal hampir 500 anggota yang duduk di parlemen tingkat daerah (DPRD), baik provinsi maupun kabupaten/ kota. Selain itu, kami juga memperoleh kekuatan tambahan dari sejumlah bupati dan gubernur yang dulu diusung PBB.

Setidaknya, kami bisa memaksimalkan sumber daya yang ada tersebut untuk menggerakkan PBB secara mandiri. Apalagi, parpol yang bertarung di pentas nasional sekarang semakin sedikit, yakni cuma tinggal 12.

Sementara, kepercayaan masyarakat terhadap koalisi di Setgab (Sekretariat Gabungan) juga menurun karena banyaknya anggota mereka yang tersangkut kasus hukum.

Berdasarkan data dan kondisi di atas, PBB berharap bisa mengambil peluang untuk meraih target 8 persen suara pada pemilu tahun ini. Kami berambisi mengejar suara sebanyak-banyaknya di Pulau Jawa. Terutama di Banten, Jawa Barat, serta beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Beberapa hasil survei menyebutkan parpol-parpol Islam bakal sulit bersaing dengan parpol lain yang nasionalis di Pemilu 2014. Tanggapan Anda?

Kami tidak pernah surut oleh pendapat semacam itu. PBB akan tetap konsisten menjadikan Islam sebagai landasan perjuangan. Apalagi, jika ditinjau dari aspek atau sudut mana pun, tidak ada hambatan bagi suatu parpol menjadikan Islam sebagai inspirasi politiknya dalam bingkai NKRI.

Kalau kemudian ada yang mengatakan parpol Islam sulit bersaing, itu dapat kami pahami. Sebab, sudah sepuluh kali negara ini menggelar pemilu sejak 1955, parpol-parpol Islam memang belum pernah mendominasi hasil perolehan suara.

Jadi, PBB tidak menganggap pendapat tersebut sebagai suatu hal yang mengherankan, melainkan sebuah tantangan untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bernegara. Malahan, kami semakin yakin itu bisa direalisaikan. Tinggal soal waktu saja.

Rakyat bisa menilai, selama 68 tahun Indonesia merdeka dan dikuasai oleh partai-partai nasionalis, apa saja hasil yang sudah diperoleh? Nah, saya pikir di sinilah parpol-parpol Islam mestinya makin terpacu untuk mengubah negara ini menjadi lebih baik.

Bagaimana mengubah pandangan masyarakat agar lebih melirik parpol Islam?

Tentunya harus ada figur yang mampu menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan bisa menjadi sentral daya tarik di setiap parpol yang bersangkutan.

Seperti di PBB misalnya, kami setidaknya bisa menawarkan Yusril Ihza Mahendra sebagai sosok yang memiliki karakter dan kapasitas. Apakah masyarakat mau menerima dia atau tidak, itu masalah lain.

Tapi, alhamdulillah, sebagai parpol yang kadernya pernah berada di dalam kabinet, PBB belum pernah mengkhianati amanat negara. Kami belum pernah menyelewengkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi maupun partai.

Di samping itu, agar masyarakat kembali melirik parpol Islam, kita bisa belajar dari kasus Turki. AKP bisa menjadi partai dominan karena adanya figur sentral yang kuat.

Redaktur : Djibril Muhammad
Reporter : Ahmad Islamy Jamil
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar