REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepenggal kehidupan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diadaptasi ke layar lebar dengan judul A Man Called Ahok. Film diberi judul yang sama dari buku karya Rudi Valinka.
Film yang disutradarai Putrama Tuta ini dibintangi oleh Daniel Mananta sebagai Ahok. Meski pria yang pernah menjabat jadi bupati Belitung Timur dan gubernur DKI Jakarta itu lekat dengan dunia politik, yang diangkat ke layar lebar adalah sisi yang berbeda.
Sutradara Putrama Tuta mengemukakan bukan sisi politik yang diangkat di film ini, melainkan hubungan antara orangtua dan anak, dalam hal ini Ahok dengan ayahnya Kim Nam. "Ahok adalah sosok menarik untuk diangkat, ceritanya sangat menginspirasi untuk generasi berikutnya," ujar Putrama di konferensi pers peluncuran trailer A Man Called Ahok di Jakarta, Kamis (6/9) .
Dalam buku "A Man Called Ahok", Rudi Valinka pergi ke Belitung untuk mengetahui kisah-kisah yang membentuk kepribadian Ahok. "Saya percaya karakter orang terbentuk karena faktor keluarga, lingkungan, pasti ada cerita di balik itu," ujarnya.
A Man Called Ahok bercerita tentang sudut pandang seorang anak berkembang menjadi pria dewasa. Presenter Daniel Mananta yang menjadi pemeran Ahok merasa bangga diberi kesempatan untuk memerankan seorang figur yang ia hormati. "Saya merasa sangat terhormat memerankan peran tersebut, tidak bisa dijelaskan dalam kata-kata," ujarnya.
A Man Called Ahok bercerita tentang kehidupan Ahok kecil di Gantong, kepulauan Belitung Timur pada 1976 hingga ia menjabat jadi Bupati Belitung Timur pada 2005. Basuki, anak sulung dari 5 bersaudara, hidup dalam keluarga bahagia dan tidak kekurangan. Bisnis ayahnya, Kim Nam, di pertambangan baik-baik saja hingga dia berhadapan dengan korupsi dan tidak mau memberi "upeti" pada oknum. Bisnis Kim Nam perlahan mundur.
Kim Nam yang antipati dengan korupsi di Belitung mengarahkan Ahok untuk jadi dokter, tapi Ahok punya keinginan berbeda, membuat hubungan ayah-anak jadi renggang. Ahok memutuskan terjun ke dunia politik. Di tengah berbagai halangan dan rintangan ia selalu mengingat nasehat dan mimpi Kim Nam untuk memperjuangkan nasib orang banyak.
Film yang diproduksi The United Team of Art akan ditayangkan pada akhir 2018. Film berdurasi 90 menit ini juga dibintangi oleh Chew Kin Wah, Sita Nursanti, Donny Damara, Denny Sumargo, Eriska Rein, Ferry Salim dan Eric Febrian.