REPUBLIKA.CO.ID, Berbeda dengan Jakarta yang masih ditimbuni suasana semarak paska pergelaran Asian Games yang baru saja berakhir 2 September lalu, keadaan yang kontras terjadi di Lombok. Goncangan hebat kembali mengguncang bahkan lebih besar dibandingkan gempa pertama yang terjadi pada akhir Juli lalu.
Ratusan orang dinyatakan meninggal, ribuan orang menderita luka berat, dan ratusan ribu warga Lombok terpaksa dievakuasi ke wilayah yang lebih aman. Ratusan partisipan dan relawan telah 'menyerbu' Lombok, bahkan sejak gempa pertama terjadi. Namun tak banyak yang dapat mereka lakukan selain memberi dukungan agar Lombok kembali bangkit.
Saat ini, terdata sekitar 22.721 rumah yang mengalami rusak parah, dan hampir seluruh warga Lombok lebih memilih tidur di tenda-tenda darurat, guna mempermudah jalur evakuasi jika gempa kembali terjadi. Tinggal di tenda yang beralaskan terpal, ditambah tidak tersedianya fasilitas MCK bahkan tempat beribadah, membuat PPPA Da’arul Qur’an memutuskan untuk menjalankan program recovery Lombok bangkit.
Meski bangunan fisik rumah dibuat sederhana dan dibangun dari sisa puing-puing yang masih dapat dipakai, namun Dwi Kartika Ningsih selaku GM Foundraising dan ZIS yakin, pembangunan Rumah Quran ini dapat membantu warga Lombok untuk kembali menata hidupnya. Dwi juga menerangkan, bahwa pembangunan Rumah Quran ini juga bertujuan sebagai salah satu instrumen dakwah, dan menggalang silaturahmi dan gotong royong warga Lombok.
Menurut dia, lebih cepat terbangunnya Rumah Quran, maka akan mempercepat pula pemulihan ekonomi di Lombok, mengingat selama ini banyak warga Lombok yang hanya berdiam di tenda pengungsian dan enggan mencari nafkah. Hal ini disebabkan tidak tersedianya tempat yang aman untuk sekedar menyimpan harta benda.
Selain mendirikan rumah-rumah Quran bagi warga Lombok, PPPA Daarul Quran juga memiliki program untuk membentuk komunitas masyarakat Kampung Quran. Pembangunan yang telah dilaksanakan sejak status darurat diterapkan tersebut kini telah berhasil mendirikan sekitar 200 Rumah Quran.
Direktur Eksekutif PPPA Daarul Quran, Tarmizi As-Shidiq menjelaskan, hingga saat ini bantuan yang telah disalurkan untuk pembangunan Rumah Quran berjumlah sekitar dua hingga tiga miliar. Bantuan, lanjut dia juga akan terus digelontorkan, mengingat target pembentukan Kampung Quran adalah membangun 500 rumah di tiga wilayah dengan dampak gempa terparah, yaitu Kabupaten Lombok Timur, Barat dan Utara.
Direktur Eksekutif PPPA Daarul Quran Tarmizi Asshidiq memberikan paparannya saat kunjungan di Kantor Harian Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Kamis (6/9).
Kampung Quran, lanjut Tarmizi, bukan hanya sekedar berbentuk bangunan fisik. Namun, juga pengembangan kembali nilai-nilai Islam bagi warga pulau seribu masjid, baik dakwah maupun program tahfidz Alquran.
PPPA Daarul Quran juga telah menerjunkan kader-kader tahfidz untuk membina warga Kampung Quran. Pembinaan ini, lanjut dia, juga dilakukan dalam kurung waktu jangka panjang demi memaksimalkan tercipta kembalinya citra Lombok yang religius.
Selain program pembangunan Rumah Quran, PPPA Daarul Quran juga menyasar program pipanisasi untuk menyediakan pasokan air bersih yang kini sangat sulit didapatkan disana. Tarmizi menjelaskan, program pipanisasi ini diupayakan dengan menyambungkan pipa sepanjang dua kilo meter yang berpusat dari sumber mata air di Gunung Rinjani.
“Pipa ini akan dialirkan untuk dia jalur, yaitu ke wilayah pertanian dan rumah-rumah warga. Pipa yang akan kami gunakan adalah pipa HDPE yang kokoh dan anti gempa,” jelas Tarmizi.
Untuk merealisasikannya, Tarmizi menjelaskan bahwa sangat dibutuhkan pendampingan, dan sosialisasi sebagai upaya awal menarik partisipasi warga Lombok. Seluruh kegiatan ini, kata dia memang melibatkan masyarakat selaku stakeholder, mulai dari tahap perencanaan hingga pemeliharaan.
“Kita harus cepat membangun untuk mengejar musim penghujan yang sebentar lagi tiba, makanya cara yang paling mudah adalah menyadarkan warga Lombok bahwa mereka dapat bangkit kembali,” kata Tarmizi.
Dia juga mengingatkan setiap lembaga atau relawan sosial yang sedang atau akan menyalurkan bantuan ke Lombok, untuk tidak membiarkan warga Lombok terbiasa menerima atau meminta bela kasih. Hal ini demi menghindari terpupuknya mental ‘pengemis’. Sebagai gantinya, ajaklah warga Lombok untuk bangkit dan membangun rumah mereka kembali.
“Jadi kita bukan hanya membangun bangunan fisik tapi juga membangun peradaban islami kembali di Lombok,” tegas dia.