REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA—Kementerian Pendidikan Nasional berencana akan merevitalisasi sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pendidika dan memantapkan program untuk mengembangkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Hal tersebut bertujuan untuk menunjang dan meningkatkan mutu pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh, dalam kunjungannya ke Sekolah Luar Biasa (SLB)-A Pembina Tingkat Nasional dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Santi Rama, Senin (18/4).
Ia menyampaikan kementerian memiliki program revitalisasi pendidikan khusus yang memberikan layanan khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus, mulai dari penyediaan sarana dan prasarana sampai tunjangan berupa beasiswa.
Ada 1.500 SLB pada semua tingkat pendidikan termasuk SD-SMP satu atap yang akan di revitalisasi. Program ini juga menyediakan beasiswa sebesar Rp 750 ribu/anak/tahun dan Rp 2,5 juta/anak/tahun untuk anak dengan autism. “Yang anak autis itu lebih besar karena sekaligus untuk membiayai terapi mereka,” kata Nuh.
Mengelola dan menjalankan pendidikan khusus tidaklah sama dengan sekolah umum. Nuh berpendapat, pengelolaannya memerlukan biaya khusus, tidak bisa menggunakan standar umum. Kalau di sekolah biasa satu guru mengajar 24 siswa, di pendidikan khusus tidak bisa seperti itu. Unit cost-nya lebih besar.
Meskipun demikian, hari Senin (18/4) ini anak-anak SMALB juga mengikuti Ujian Nasional (UN). Walaupun jumlahnya tidak banyak, pemerintah tetap memberikan perhatian khusus terhadap mereka.
Peserta UN di Yayasan Santi Rama terdiri dari 21 siswa tuna rungu (SMALB), 10 siswa (SMPLB), dan 55 (SDLB). Sementara di SLB-A Pembina Tingkat Nasional UN diikuti sebanyak dua siswa tuna netra (SMALB), satu peserta (SMPLB), dan sembilan (SDLB).
Nuh menyebutkan tiga hal yang harus ditumbuhkan dalam perbaikan pendidikan khusus, yaitu memupuk kepercayaan diri peserta didik, mengembangkan keterampilan hidup, dan menyiapkan akses bagi mereka untuk masuk ke dunia kerja maupun ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. “Kekuatan inner-nya yang kita gali,” pungkasnya