Senin 16 May 2011 19:03 WIB

Fasli Jalal: Kejujuran Pelaksanaan Ujian Nasional Meningkat

Red: Krisman Purwoko
Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal
Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal

REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN--Wakil Menteri Pendidikan Nasional Prof Fasli Jalal mengatakan, pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2011 ini dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas jauh lebih baik dari pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya. "Tahun ini tingkat kejujuran juga lebih meningkat, laporan kecurangan dan keluhan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) juga menurun drastis dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya," katanya di Medan, Senin, saat meninjau pembangunan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) yang sudah memasuki tahap perampungan.

Menurut dia, semakin baiknya pelaksanaan UN tahun ini juga tidak terlepas dari peran serta semua pihak, baik dinas pendidikan, guru-guru maupun siswa sendiri yang jauh-jauh hari telah mempersiapkan dirinya guna menghadapi UN tersebut. Demikian juga dengan persentase kelulusan siswa tingkat SMA/MA dan SMK juga meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun ini persentase kelulusan untuk tingkat SMA dan MA mencapai 99,23 persen dari 1.463.135 peserta.

Begitu juga dengan persentase kelulusan tingkat SMK yang mencapai 99,51 persen dari 942.689 peserta se-Indonesia. Artinya yang tidak lulus hanya 4.655 orang atau tingkat ketidaklulusannya hanya 0,49 persen. "Tahun ini nilai UN bukan satu-satunya penentu kelulusan siswa, namun merupakan akumulasi antara nilai UN dengan nilai ujian sekolah, dengan perbandingan 60:40. Dengan penggabungan kedua nilai tersebut, beban siswa akan lebih ringan," katanya.

Menurut Jalal, meski tingkat kelulusan cenderung meningkat, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) tetap akan melakukan evaluasi secara mendalam sejumlah daerah yang memperoleh nilai UN rendah. Sama seperti tahun sebelumnya, UN juga akan tetap dijadikan sebagai upaya untuk memetakan pendidikan di Indonesia dengan tujuan agar kedepannya pendidikan di tanah air dapat lebih merata dan lebih baik lagi.

"Misalnya, ada sekolah yang siswanya tidak lulus 100 persen, dengan pemetaan yang dilakukan kita bisa tahu apa sebenarnya permasalahan mereka dihadapi.Kenapa bisa tidak lulus. Tahun lalu kita telah menggelontorkan dana Rp100 miliar untuk mengintervensi daerah-daerah yang tingkat kelulusan siswanya rendah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement