REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemakaian bahasa gaul di kalangan pelajar di Indonesia menjadi salah satu pemicu kurangnya pemahaman mereka terhadap Bahasa Indonesia. Hal ini juga salah satu penyebab tidak lulusnya siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal, mengatakan banyak yang menganggap bahasa Indonesia sebagai sesuatu yang enteng. Mereka berpikir bahasa tersebut merupakan bahasa ibu sehingga tidak perlu belajar lagi. Padahal, pengajaran mengenai stuktur bahasa yang baik itu perlu agar mereka dapat berbahasa Indonesia sesuai tatanannya.
Karena itu perlu ada sikap dari para pelajar untuk mengubahnya. Mereka harus bisa berbahasa formal dalam ituasi yang formal dan menempatkan bahasa gaul pada waktunya. "Kita tidak bisa menyalahkan itu, tapi harus diubah," ujar Fasli.
Pemahaman Bahasa Indonesia, lanjutnya, ditentukan oleh kebiasaan masing-masing pelajar. Banyak anak-anak yang kurang memahami bahasa karena kurang membaca. Kosa kata anak tersebut tidak berkembang sehingga mereka sulit memahami sebuah wacana.
Maka para pelajar harus dibiasakan membaca. Dengan pembiasaan ini, mereka akan bisa melihat satu teks bacaan dari berbagai sudut pandang. "Membaca itu seperti olah raga, harus dibiasakan," kata Fasli lagi.
Mantan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi ini menilai kurikulum bahasa Indonesia saat ini sudah cukup luas. Hanya saja mungkin harus ada hal-hal yang harus diperbaiki. Mungkin penyampaian ke siswa di sekolah asih kurang dan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan mereka pun tidak banyak.
Maka pemerintah akan melihat dulu di bagian mana dalam kurikulum tersebut yang harus diperbaiki. Apakah kesalahan tersebut masif atau hanya di beberapa tempat tertentu. Nanti akan dilihat apakah ini terkait dengan standar kompetensi dan latar belakang ilmunya.
Namun demikian, secanggih apapun kurikulum yang dibuat, kata dia lagi, apabila tidak ada keinginan dari anak tersebut untuk belajar akan percuma. "Gaul bukan berarti harus merusak bahasa," imbuhnya