REPUBLIKA.CO.ID,BANJARNEGARA--Kegiatan belajar mengajar (KBM) sejumlah sekolah di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, terganggu akibat bencana erupsi gas beracun Kawah Timbang, Gunung Dieng.
"Jelas terganggu karena pada hari Senin (30/5) jumlah siswa yang datang hanya 11 anak, Selasa (31/5) sebanyak 20 siswa, tetapi hari ini tidak ada siswa yang masuk. Kalaupun ada yang datang, mereka hanya berdiri sebentar di depan gerbang sekolah dan pergi lagi," kata Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Sumberejo, Suwarno, di Batur, Banjarnegara, Rabu.
Menurut dia, pihaknya telah berusaha mengajak anak-anak yang datang ke sekolah untuk belajar, tetapi mereka justru pergi lagi.
Ia mengatakan, ketidakhadiran siswa kemungkinan disebabkan adanya kekhawatiran orangtua lantaran sekolah berada sekitar satu kilometer dari Kawah Timbang.
Kendati demikian, dia mengatakan, seluruh guru tetap hadir untuk memberikan pelayanan bagi para siswa.
"Jumlah siswa kami seluruhnya 223 anak dan kebetulan saat ini menjelang tahun ajaran baru. Mungkin ada siswa yang membutuhkan persyaratan administrasi untuk mendaftar di jenjang yang lebih tinggi," katanya.
Disinggung mengenai persiapan siswa untuk menghadapi ulangan kenaikan kelas yang akan dilaksanakan mulai tanggal 6 Juni 2011, dia mengatakan, hal itu sudah siap dan saat ini tinggal pengayaan.
Selain itu, kata dia, pihaknya telah berkoordinasi dengan komite sekolah untuk menginformasikan kepada orang tua siswa bahwa pada hari Sabtu (4/6) akan dilaksanakan tes kemampuan dasar bagi siswa kelas tiga.
"Akan tetapi jika kondisi seperti ini masih berlangsung hingga pekan depan, kami akan turun ke bawah untuk mengelompokkan para siswa agar tetap bisa melaksanakan ujian kenaikan kelas di tempat itu," katanya.
Secara terpisah, Kepala SD Negeri 2 Sumberejo, Sutrisno mengatakan, jumlah siswa sekolah yang hadir sekitar 60 persen dari total 186 anak.
Dia mengatakan, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan jika situasi memungkinkan sesuai instruksi dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara.
"Hanya saja, kami mengurangi jam pelajaran. Jika biasanya dari pukul 08.00-13.00 WIB, saat ini hanya sampai pukul 12.00 WIB, kemarin malah sampai pukul 11.00 WIB," katanya.
Meskipun berada sekitar tiga kilometer dari Kawah Timbang, dia mengatakan, sekitar 200 meter sebelah barat sekolah terdapat sedikitnya dua titik rekahan yang merupakan jalur gas.
Bahkan salah satu titik di antaranya, kata dia, selama ini tidak pernah ditumbuhi rumput akibat pengaruh gas tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), konsentrasi gas beracun (CO2) yang dikeluarkan Kawah Timbang belum menunjukkan adanya penurunan.
Bahkan dalam pengamatan yang dilakukan pada Rabu dinihari, pukul 00.00-06.00 WIB, konsentrasi gas CO2 yang terekam maksimum sebesar 1,98 persen volume.
Kendati demikian, status Kawah Timbang masih siaga dan PVMBG merekomendasikan agar wilayah dalam radius satu kilometer dari kawah tetap dikosongkan.