Rabu 15 Jun 2011 20:15 WIB

Ngaku Pendidik, Tapi Guru di Kudus Ini Malah Tampar Muridnya

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS - Oknum guru SMK Muhammadiyah Kudus, Jawa Tengah, diduga kuat melakukan penamparan terhadap anak didiknya karena dianggap menolak menyebutkan siswa yang menurunkan bendera setengah tiang maupun pelaku perusakan tanaman di sekolah. Menurut siswa yang menjadi korban penamparan oknum guru, Ahmad Mustaqim (16), di Kudus, Rabu (15/6), penamparan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling (BK) bernama

Maulana A Hamid terjadi pada hari Sabtu (11/6), sekitar pukul 10.00 WIB.

Kejadian berawal, ketika korban sedang duduk di halaman sekolah bersama seorang temannya saat istirahat kedua. Kemudian Guru BK tersebut datang dan menanyakan pelaku perusakan tanaman dan orang yang menurunkan bendera setengah tiang kepada korban. "Karena tidak mengetahui pelakunya, saya menjawab tidak tahu," ujar Ahmad siswa kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan.

Tiba-tiba, guru tersebut langsung menampar pipi korban sebanyak tiga kali, sekali pada pipi kiri dan dua kali pipi kanan. "Saya juga sempat dijambak," ujarnya.

Kejadian tersebut membuat anak pasangan Suhari (51) dan Maskinah (48) warga Desa Garunglor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, mengalami memar pada pipi, serta merasa dipermalukan di hadapan siswa yang lain. Saat kejadian, katanya, mayoritas siswa mengetahui tindakan penamparan tersebut karena sedang istirahat kedua.

Rosmiati (37), keluarga korban mengungkapkan, tindakan oknum guru BK tersebut sangat disayangkan orang tua Ahmad Mustaqim, karena sebagai seorang pendidik tidak sepantasnya melakukan kekerasan terhadap siswanya. "Sepulang dari sekolah, Ahmad Mustaqim mengadukan kejadian tersebut kepada saya sambil menangis karena malu dan kesakitan setelah ditampar," ujarnya.

Setelah kejadian itu, katanya, Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Purwanta Agung ditemani beberapa guru menemui orang tua Ahmad Mustaqim untuk meminta maaf. "Hanya saja, guru yang melakukan pemukulan tidak ikut serta untuk meminta maaf. Hingga kini, dia juga tidak meminta maaf," ujarnya.

Ia mengakui, keluarga tidak menuntut macam-macam, selain menginginkan guru yang melakukan penamparan itu datang dan meminta maaf atas perbuatannya. Sebelumnya, lanjut dia, guru yang melakukan penamparan juga mengakui pelaku perusakan tanaman bukan Ahmad, melainkan siswa yang lainnya.

Sementara itu, Maulana A Hamid ketika ditemui di SMK Muhammadiyah untuk klarifikasi atas kejadian itu, menolak memberikan keterangan. "Untuk wawancara soal kejadian tersebut, silakan wawancara dengan kuasa hukum saya," ujarnya.

Salah seorang siswa kelas X SMK Muhammadiyah, Fatkhur Rohman mengakui, oknum guru tersebut memang besikap cukup keras terhadap siswa yang dianggap melanggar tata tertib di sekolah. "Hanya saja, saya tidak mengetahui kejadian sesungguhnya hingga menyebabkan salah seorang siswa ditampar oknum guru tersebut," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement