Selasa 04 Oct 2011 08:58 WIB

RSBI belum Akomodasi Keluarga Miskin?

Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,KULONPROGO--Fraksi Demokrat DPRD Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminta Dinas Pendidikan meninjau ulang rintisan sekolah bertaraf internasional, karena dinilai diskriminatif terhadap siswa dari keluarga miskin.

"Kami sangat menyayangkan pelaksanaan RSBI di Kulon Progo yang sangat diskriminatif terhadap siswa dari keluarga miskin. RSBI menerima siswa yang tingkat kepintarannya rendah tetapi memiliki uang banyak, namun tidak menerima siswa miskin yang sangat pintar karena tidak memiliki uang," kata Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kulon Progo Didik Suratman, di Wates, Selasa.

Ia mengatakan orientasi RSBI juga harus ditinjau ulang, sehingga pendidikan di RSBI tidak hanya untuk siswa dari keluarga kaya, tetapi juga dapat dirasakan semua kalangan masyarakat.,"Kami berharap Dinas Pendidikan juga memberikan beasiswa kepada siswa miskin yang masuk di sekolah RSBI. Sekolah RSBI bukan hanya untuk siswa kaya, tetapi untuk semua kalangan masyarakat," katanya.

Hal yang sama dikatakan anggota Komisi IV DPRD Kulon Progo Kasdiono, bahwa pelaksanaan RSBI perlu ditinjau ulang, karena tidak ada jenjang yang berkelanjutan. "Sejauh ini tidak ada jaminan siswa lulusan sekolah RSBI dapat masuk kembali ke SMA yang juga RSBI. Selain itu, tidak ada jaminan lulusan SMA/SMK RSBI yang diterima di perguruan tinggi yang mereka idamkan. Kami menilai pelaksanaan RSBI perlu ditinjau kembali," katanya.

Ia mengatakan dalam kelulusan siswa terdapat tiga hal yang lebih utama, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik dibandingkan dengan kemampuan berbahasa asing dan pengusaan teknologi. "Kami menilai, pelaksanaan RSBI hanya mengutamakan kemampuan siswa dalam menguasai bahasa asing, dan menguasai informasi serta teknologi dibandingkan mengedepankan unsur kognitif, afektif, dan psikomotorik," katanya.

Menurut dia, biaya sekolah yang harus dikeluarkan siswa yang sekolah di RSBI sangat mahal, karena harus membeli laptop, dan buku sekolah yang ganda, yakni buku yang berstandar internasional dan buku yang berstandar nasional, serta peralatan sekolah lainnya yang harganya sangat mahal.

"Jangan sampai ada sebutan 'rintisan sekolah biaya internasional' dalam masyarakat, karena mahalnya biaya sekolah yang tidak diimbangi adanya jaminan siswa setelah lulus dari RSBI," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement