REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Sekolah Menengah Pertama (SMP) Darul Hikam Bandung menerapkan ujian tengah semester (UTS) tanpa pengawasan guru dan petugas. Metode ini merupakan uji coba sebagai upaya sekolah dalam melaksanakan pendidikan karakter atau pendidikan berbasis afeksi yang membangun proses kemandirian dan kejujuran dalam diri siswa.
"Sesuai dengan visi dan misi Darul Hikam yang telah ditetapkan sejak pendiriannya tahun 1966, yaitu membina akhlak dan prestasi siswa," kata Kepala Sekolah SMP Darul Hikam, Mari Marhamah, ketika ditemui, di Bandung, Rabu (5/10).
Ujian tanpa pengawasan ini telah berlangsung sejak awal pelaksanaan UTS semester ganjil, yaitu Senin (3/10) hingga Jumat mendatang. Menurut Mari, metode ini baru pertama kali diterapkan pada semester ini, "masih uji coba. Namun, yang menjadi 'pilot project' dari metode ini adalah pada level SMP," katanya.
Pelaksanaan ini, menurut Mari, berlaku bagi seluruh siswa SMP Darul Hikam dari kelas 7 hingga 9 dengan total sebanyak 306 siswa. "Mereka dituntut untuk jujur pada diri sendiri dan lingkungannya. Dari sini siswa juga belajar bagaimana mengemban kepercayaan dari para gurunya," kata Mari.
Mari menjelaskan, ujian tanpa pengawasan ini bukan berarti peran guru dan petugas lepas sepenuhnya. Teknisnya, di awal jam ujian guru akan memimpin siswa berdoa kemudian membagikan soal dan daftar hadir.
"Setelah itu guru akan meninggalkan kelas. Namun, kami tetap mengontrol jalannya ujian dari luar kelas," lanjut Mari.
Setelah berjalan selama 3 hari, Mari menuturkan, ujian berjalan lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Pasalnya, lanjut Mari, metode ini sebenarnya bukan hal baru bagi para siswa Darul Hikam.
Pada ulangan harian, metode seperti ini memang telah diterapkan, sehingga siswa sudah cukup terbiasa. Menurut Silvi, siswa kelas 8, metode ini efektif jika ditujukan agar siswa jujur dalam mengerjakan soal ujian.
"Kita dituntut untuk jujur karena yang menjaga bukan lagi ibu atau bapak guru, tapi pertanggungjawabannya ke Allah," kata Silvi.
Meski demikian, Silvi mengaku pelaksanaan ujian dengan menggunakan pengawas terasa lebih tertib ketimbang tanpa pengawasan. "Kalau di kelas saya tadi, masih ada saja yang kerjasama, tapi tidak banyak," lanjutnya.
Berbeda dengan Sela, siswa kelas 8 ini mengatakan, ujian tanpa pengawas terasa lebih bebas. Meski demikian dia tidak keberatan jika ujian berlangsung tanpa atau dengan pengawasan.
"Apapun tidak masalah karena kalau kita sudah belajar mau ada pengawas atau tidak akan sama saja," katanya.
Kepala Sekolah SMP Darul Hikam menuturkan, rencananya jika berdasarkan evaluasi dari pelaksanaan UTS ini positif, maka bukan tidak mungkin jika metode ini juga akan diterapkan dalam pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) tahun ini Desember nanti.
"Bahkan jika berhasil, metode ini juga akan diterapkan pada level SD dan SMA," kata Mari.